Carrimycin, Obat Asal Tiongkok yang Disebut Mampu Sembuhkan Covid-19

ANTARA FOTO/REUTERS/cnsph
Ilustrasi. Tiongkok mengembangkan obat Carrimycin untuk menyembuhkan pasien virus corona Covid-19.
Penulis: Sorta Tobing
9/4/2020, 16.48 WIB

Obat Carrimycin tengah menjadi sorotan. Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menyebutnya sebagai obat bagi penderita Covid-19.

Dalam tulisan di situs pribadinya, disway.id, Dahlan mengatakan Carrimycin merupakan obat penemuan lanjutan tapi sudah digunakan di sembilan rumah sakit di Tiongkok. “Di sembilan rumah sakit itu pula uji klinis sudah dilakukan, sejak Februari lalu. Terhadap 500 lebih relawan. Yang berumur antara 18 sampai 70 tahun,” tulisnya pada Selasa (7/4).

Persetujuan Beijing terhadap obat ini berjalan cepat. Carrimycin telah masuk daftar 10 obat untuk menyembuhkan virus corona. Termasuk dalam daftar itu adalah Hydroxychloroquine.

Sebagai informasi, klorokuin dan hidroksi klorokuin merupakan obat untuk penyakit malaria dan memiliki sifat anti-virus. Pemerintah RI telah menyediakan tiga juta obat klorokuin untuk mengobati pasien positif virus corona.

Presiden Joko Widodo sempat mengatakan klorokuin telah banyak digunakan oleh sejumlah negara dan menunjukkan hasil yang positif pada pasien virus corona. "Di beberapa negara, klorokuisn digunakan, banyak pasien covid-19 sembuh dan membaik kondisinya," kata dia pada 23 Maret lalu.

(Baca: GP Farmasi Bisa Produksi 3 Juta Klorokuin/Bulan untuk Atasi Covid-19)

Kembali ke soal Carrimycin, mengutip dari situs PharmacyTimes.com, saat ini di Tiongkok sedang melakukan penelitian besar untuk membandingkan berbagai jenis obat Covid-19. Hidroksi klorokuin termasuk di dalamnya.

Namun, penelitian ini baru akan selesai hasilnya pada Februari 2021. Sambil menunggu hasil, pemerintah Beijing merekomendasikan klorokuin 500 miligram dua kali sehari hingga masa sepuluh hari untuk menyembuhkan pasien virus corona.

Apa Itu Carrimycin?

Obat ini dikembangkan untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan atas. Melansir dari trialsitenews.com, otoritas obat-obatan di Tiongkok, National Medical Products Administration, memberikan persetujuan dan meluncurkan Carrimycin pada Juni 2019.

Obat itu adalah hasil kolaborasi Institute of Medicinal Biotechnology dan Shenyang Tonglian Group Co. Penelitiannya didanai oleh pemerintah setempat dan lembaga penelitian terkemuka di China.

(Baca: Kandidat Vaksin Covid-19 yang Didanai Bill Gates Diuji Coba ke Manusia)

Penelitian terhadap obat ini telah berjalan sejak 2003. Institute of Medicinal Biotechnology dan Shenyang Tonglian Group Co memprakarsai kolaborasi tersebut yang dipimpin oleh Profesor Yiguang Wang.

Dalam rentang waktu tersebut, para peneliti telah mengakumulasi 16 paten domestik. Sebanyak empat paten itu telah disahkan di 12 negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Uni Eropa.

Pengembangan obat ini memakai teknologi sintetis. Carrimycin diklaim memiliki aktivitas antibakteri yang kuat dan penghambat signifikan terhadap mycoplasma (genus bakteri yang tidak memiliki dinding sel) dan klamidia (penyakit menular seksual yang disebabkan infeksi bakteri).

Para peneliti dunia harus menggali cukup dalam informasi tentang obat ini. Namanya disebut sebagai obat potensial dalam pengobatan Covid-19, namun hasil pengujiannya belum dibagikan kepada dunia.

(Baca: Filipina Uji Coba Penyembuhan Pasien Corona dengan Minyak Kelapa Murni)

Tiongkok memiliki hak kekayaan intelektual eksklusif atas obat bernama dagang Bite ini. Liputan6.com menuliskan US National Library of Medicine telah memasukkan Carrimycin sebagai obat dalam proses uji klinis dan terdaftar sejak 27 Februari lalu.

Artinya, Carrimycin sedang diuji kepada beberapa pasien Covid-19. Kalau tes itu berhasil, maka Tiongkok punya kesempatan untuk memproduksinya secara masif.