Harga minyak di bursa berjangka turun hampir 70% secara kuartalan, terendah sepanjang sejarah. Hal itu dipicu pandemi virus corona dan perang harga antara Arab Saudi dan Rusia.
Reuters mencatat patokan harga minyak, baik West Texas Intermediate (WTI) dan Brent, sama-sama turun dua per tiga sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Sedangkan secara bulanan, harga minyak anjlok 55%.
Dilansir dari Bloomberg, harga minyak pada hari ini masih berada di level rendah. Hingga pukul 09.24 WIB, WTI turun 0,05% menjadi US$ 20,47 per barel. Sedangkan harga Brent pada pukul 01.29 WIB turun 0,09% menjadi US$ 22,74 per barel.
Pandemi virus corona memang membuat aktivitas bisnis dan perorangan menurun. Hal itu membuat permintaan minyak anjlok.
(Baca: AS Sepakat Bergabung dengan Arab Saudi & Rusia Bahas Harga Minyak)
Alhasil, pasokan minyak membanjiri pasar. Amerika Serikat (AS) mencatat persediaaan minyak di tangki pada pekan lalu naik menjadi 10,5 juta barel. Angka tersebut lebih tinggi 4 juta barel dari proyeksi sebelumnya.
Selain pandemi Covid-19, harga minyak juga tertekan peningkatan produksi dari negara yang tergabung dalam OPEC. Pasalnya, Arab Saudi dan anggota OPEC lainnya tidak mencapai kesepakatan terkait penambahan pemotongan produksi tahun ini.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bahkan telah menyatakan akan memaksimalkan produksi minyak mulai 1 April 2020. "Sangat tidak mungkin OPEC, dengan atau tanpa Rusia dan Amerika Serikat, setuju mencari solusi untuk mengimbangi penurunan permintaan minyak," kata Analyst BNP Paribas Harry Tchilinguirian dikutip dari Reuters pada Selasa (1/4).
(Baca: Harga Minyak Bangkit hingga 3% Terdorong Kesepakatan AS-Rusia)