AS Sepakat Bergabung dengan Arab Saudi & Rusia Bahas Harga Minyak
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bakal bergabung dengan Arab Saudi dan Rusia membahas harga minyak. Keputusan tersebut diambil setelah dia berbicara secara terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Harga minyak semakin jatuh setelah Rusia dan Arab Saudi mendeklarasikan perang harga pada awal Maret 2020. Itu lantaran kedua negara tak sepakat memangkas produksi minyak pada tahun ini.
"Dua negara tengah berdiskusi mengenai hal itu dan saya ikut bergabung dalam waktu yang tepat jika dibutuhkan," kata Trump di Gedung Putih seperti dilansir dari Reuters, Rabu (1/4).
AS akhirnya terlibat dalam konflik antara Arab Saudi dan Rusia karena harga minyak terus anjlok. Hal itu membuat biaya produksi di AS meningkat dan mengancam kebangkrutan industri hulu migas global.
Demi mempertahankan ekonomi, AS bahkan membuka peluang kerja sama dengan Arab Saudi untuk menjaga pasar minyak. Berdasarkan laporan Reuters, Departemen Energi AS tengah menyusun poin-poin kerja sama antara AS dan Arab Saudi. Namun belum dapat dipastikan kebijakan yang tengah didiskusikan kedua negara tersebut.
The Wall Street Journal melaporkan pada Maret 2020 bahwa kedua negara akan bekerja sama mendukung harga minyak melalui penggunaan cadangan nasional dan stimulus ekonomi. Selain itu, AS akan menawarkan ganti rugi kepada Arab Saudi terkait pergerakan harga minyak. Namun, belum ada pejabat yang bisa mengonfirmasi hal tersebut.
(Baca: Harga Minyak Bangkit hingga 3% Terdorong Kesepakatan AS-Rusia)
Di sisi lain, OPEC gagal mencapai kesepakatan untuk menggelar pembicaraan darurat terkait kejatuhan harga minyak. Rencananya pembicaraan tersebut bakal digelar pada April 2020.
Setidaknya ada empat negara yang menolak usulan tersebut, diantaranya pemimpin de facto OPEC Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Nigeria. Negara-negara tersebut dengan tegas menyatakan tidak ada kepentingan untuk menggelar pertemuan.
Pembicaraan tersebut pun batal digelar meskipun ada 13 negara yang bersedia berpartisipasi. Sebab, pertemuan tersebut tak ada artinya tanpa kehadiran Arab Saudi sebagai pemegang sepertiga produksi OPEC.
Harga minyak saat ini telah jatuh sekitar 70% dari harga tertinggi pada tahun ini. Sedangkan sepanjang Maret 2020, harga minyak telah jatuh mendekati 60%.
Hal itu dipicu ketidaksepakatan antara Arab Saudi dan Rusia terkait pemangkasan produksi minyak. Alhasil, kesepakatan OPEC untuk memotong produksi hingga 2,1 juta barel selesai pada akhir Maret 2020.
Produsen minyak dunia seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah menyatakan bakal memaksimalkan produksi mulai 1 April 2020. Hal itu bakal terus menekan harga minyak.
Ditambah sentimen negatif dari pandemi corona yang membuat permintaan minyak terus jatuh. Beberapa industri memperkirakan penurunan permintaan minyak bakal mencapai sepertiga dari konsumsi tahun lalu sebesar 100 juta barel per hari.
(Baca: Trump dan Putin Setuju Bahas Upaya Mendongkrak Harga Minyak Dunia)