Data Kematian Corona Tak Sinkron antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Petugas menggunakan baju pelindung saat memasuki Ruang Isolasi Gedung Mawar, Rumah sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Senin (3/3/2020).
Penulis: Yuliawati
17/3/2020, 20.33 WIB

Dua kepala daerah mengumumkan meninggalnya dua pasien positif virus corona atau Covid-19, Selasa (17/3). Meski begitu, data kematian corona versi pemerintah pusat masih lima orang atau tak berubah sejak Sabtu (14/3).

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan seorang pasien positif terinfeksi virus corona meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif selama 10 hari di RSUP dr. Kariadi Kota Semarang, Jawa Tengah.

Ganjar mengatakan berdasarkan riwayat perjalanannya, pasien sempat mengunjungi Bali, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta,

"Pasien yang meninggal dunia tersebut berjenis kelamin laki-laki usia 43 tahun," kata Ganjar, hari ini dikutip dari Antara.

(Baca: Pemerintah Sebut 38 Pasien Baru Virus Corona Mayoritas ada di Jakarta)

Laporan kematian lainnya datang dari Gubernur Banten Wahidin Halim. Dia mengatakan satu pasien positif corona yang tinggal di Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.

"Satu orang dari Pondok Aren tadi sore (kemarin) telah meninggal dunia," kata Wahidin dalam video yang diunggah di akun instagramnya.

Juru bicara nasional penanganan corona yakni Achmad Yurianto Selasa sore mengumumkan jumlah kasus positif virus corona bertambah jadi 172 orang dengan jumlah orang yang meninggal masih lima orang, tak berubah sejak tiga hari lalu. Bila laporan dua kepala daerah tersebut diperhitungkan, jumlah kasus kematian corona setidaknya bertambah dua orang.

Tranparansi pemerintah pusat dalam kasus corona menjadi perhatian sorotan masyarakat. Beberapa ahli kesehatan bertemu dengan perwakilan Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 pada Senin kemarin.

Mereka menyampaikan pentingnya masyarakat mendapatkan informasi yang transparan, jelas, dan menyeluruh terkait kondisi terkini wabah corona di Indonesia. Keterbukaan informasi tersebut dianggap penting untuk menjaga keselamatan para tenaga medis dan orang-orang disekitar pasien.

"Presiden dan Satgas COVID-19 untuk memastikan keterbukaan informasi dalam waktu sesingkat-singkatnya terkait penemuan kasus, ODP, dan PDP serta pemetaan (cluster) sehingga para tenaga medis dan orang sekeliling pasien dapatsegera dihimbau untuk mengedepankan keselamatan diri maupun orang-orang yang memiliki riwayat kontak dan risiko tinggi terpapar," bunyi rekomendasi penanganan Covid-19 yang disampaikan beberapa ahli kesehatan.

(Baca: Penyebaran Corona RI Mirip Korea, Peneliti Perkirakan Berakhir April)

Reporter: Antara