Harga minyak berhasil naik lebih dari 1% pada perdagangan Selasa (11/2) setelah investor melancarkan aksi ambil untung. Namun, pasar tetap khawatir terhadap penyebaran virus corona yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang di Tiongkok.
Dikutip dari Bloomberg pada pukul 9.00 WIB Selasa (11/2), harga minyak Brent untuk kontrak April 2020 naik 1,30% ke level US$ 53,96 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2020 meningkat 1,11% menjadi US$ 50,12 per barel.
Harga minyak yang terus anjlok sejak awal Januari membuat investor berani mengambil untung. "Saya tahu volumenya sangat rendah hari ini. Secara teknikal kami dalam level support dan itu mungkin membuat aksi ambil untung," kata Chief Market Strategist di CMC Markets Michael McCarthy seperti dikutip Reuters pada Selasa (11/2).
Namun, penyebaran virus corona akan tetap membayangi harga minyak. Apalagi jumlah kematian akibat virut tersebut telah mencapai 1.016 orang di Tiongkok. Sedangkan jumlah orang yang terinfeksi di negeri tersebut mencapai 42.600 orang.
Virus tersebut juga menyebar di 24 negara yang membuat World Health Organization (WHO) pada Senin (10/2) menyatakan kekhawatirannya bahwa kasus di luar Tiongkok bisa menjadi lebih besar.
(Baca: Permintaan Minyak Lemah Akibat Corona, Harga ICP Turun Jadi US$ 65)
Biarpun virus corona telah berdampak buruk pada ekonomi Tiongkok, dan negara lainnya seperti Jepang dan Singapura, namun Presiden Federal Reserve Bank di San Francisco Mary Daly menyatakan virus corona berdampak terbatas pada ekonomi Amerika Serikat (AS).
Virus berkode 2019-nCoV itu telah membuat pasar khawatir terhadap permintaan yang menurun. Apalagi suplai minyak AS diproyeksi meningkat.
Berdasarkan survey Reuters, stok minyak AS diproyeksi naik 2,9 juta barel pada 7 Februari 2020. Hal itu menunjukkan kenaikkan stok minyak di AS dalam tiga minggu berturut-turut.
Selain itu, suplai minyak di Brazil juga naik dengan capaian produksi Petrobasl yang naik lebih dari 3 juta barel ekuivalen minyak per hari pada kuartal terakhir 2019.
(Baca: Harga Minyak Jatuh Tertekan Suplai Berlebih Akibat Virus Corona)