Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menyebut pembangunan megaproyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW) bakal terlambat dari jadwal. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang berada dibawah target pemerintah membuat daya beli listrik tak naik signifikan.
Rida mengatakan pembangunan megaproyek 35 ribu MW bakal selesai pada 2029. Padahal sebelumnya pemerintah menargetkan proyek tersebut dapat rampung pada 2019 yang kemudian direvisi hingga 2019.
Mundurnya operasi megaproyek 35 ribu MW itu karena pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai target awal pemerintah. Rida menyebut pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5% dari target 7-8%.
"Karena demandnya rendah. Dulu kan kita proyeksi 7-8% pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan listrik bisa 1,2 kali. Tapi kan cuma 5% pertumbuhan ekonomi, malah pertumbuhan listriknya di bawah itu, cuma 4,5%," kata Rida usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR, Rabu (5/2).
Rida malah menyebut lambatnya pembangunan megaproyek tersebut menguntungkan. Lantaran pasokan listrik yang ada bisa terserap.
(Baca: Pasokan Listrik 2024 Nyaris 100 MW, Kementerian ESDM Yakin Terserap)
Pemerintah pun hanya menargetkan 8.823 MW bisa masuk tahapan commercial on date (COD) hingga akhir 2020. Sedangkan realisasi operasi pembangkit listrik dalam program 35 ribu MW pada tahun lalu telah mencapai 6.811 MW. Angka tersebut meningkat sebesar 2.865 MW dibandingkan dengan status akhir Oktober 2019 sebanyak 3.146 MW.
Ini berarti, sebesar 15.634 MW dari program 35 ribu MW akan beroperasi hingga tahun ini. "Tahun ini merupakan puncak penyelesaian dari program 35 ribu MW. Sejumlah 8.823 MW kalau tidak ada aral melintang akan mencapai commercial operation date," kata Rida.
Sedangkan porsi total kapasitas terpasang pembangkit listrik sampai akhir 2019 mencapai 69,57 GW yang terdiri dari 60% Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), disusul Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) sebesar 29%.
“Disusul oleh pembangkit EBT sebesar 15% dan 4,6 GW atau 6,7% dari panas bumi,” kata dia.
Sedangkan pembangunan jaringan transmisi sampai akhir 2019 mencapai 60.102 kms dengan rincian 59.387 dibangun PLN dan 714 kms dibangun non PLN.
“Sedangkan pembangunan Gardu Induk sampai akhir 2019 mencapai sebesar 151.136 mva dengan rincian 148.641 mva dibangun PLN dan 2.495 mva dibangun non PLN,” kata dia.
(Baca: Konglomerat Australia Minat Investasi PLTA 10 Ribu MW di Kalimantan)