Pemerintah mempercepat target produksi minyak siap jual (lifting minyak) 1 juta barel dari 2030 menjadi 2025. Merespons target tersebut, Pertamina menyatakan siap menggenjot produksi.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu menyatakan akan menggenjot produksi minyak di beberapa sumur eksisting. Selain itu, perusahaan akan mengakselerasi program-program pengeboran guna menangkap potensi yang ada.
"Kami lagi berinteraksi dengan tim SKK Migas untuk memetakan semua potensi-potensi yang kiranya bisa dilakukan percepatan," ujar Dharmawan saat ditemui di Gedung DPR Senin (3/2).
(Baca: ESDM Buat Regulasi Penambangan Minyak Terbuka untuk Pacu Lifting Migas)
Meski begitu, Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto berpendapat target lifting minyak 1 juta barel di 2025 sulit terealisasi, meskipun sudah ditemukan lapangan besar yang baru dan metode Enhanced Oil Recovery/EOR berhasil dilakukan. "Tetap perlu waktu untuk sampai kepada produksi," ujarnya.
Ia mengatakan, implementasi EOR memiliki tantangan tersendiri. "Analogi peningkatan produksi dengan EOR kalau di lapangan sudah mature itu seperti bagaimana kita bisa menambah kecepatan di kecepatan yang sudah tinggi, tidak mudah, tidak seperti ketika kecepatan masih nol," kata dia.
(Baca: Ada Tambahan Proyek Merakes, 12 Proyek Migas Berproduksi Tahun Ini)
Percepatan target lifting minyak 1 juta barel disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. "Kami mau target 1 juta barel itu tahunnya dipercepat. Mereka bilang 2030, saya minta 2025. Mau cepat saja, kan bagus nih mengurangi impor energi," kata dia, akhir Januari lalu.
Ia menilai target realisasi di 2025 bisa tercapai dengan memanfaatkan teknologi EOR di sumur-sumur eksisting. Selain itu, eksplorasi di wilayah baru.