Harga minyak telah jatuh selama empat minggu berturut-turut. Hal itu dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran pelemahan ekonomi akibat menyebarnya virus corona yang berasal dari Tiongkok ke 22 negara di dunia.
Dikutip dari Bloomberg pada pukul 8.40 WIB hari ini (3/2), harga minyak jenis Brent untuk kontrak Maret 2020 turun 1,13% ke level US$ 55,98 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2020 turun 0,78% menjadi US$ 51,16 per barel.
Harga minyak dunia sempat menguat pada akhir pekan lalu setelah Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan negaranya siap menggelar pertemuan OPEC dan sekutunya yang dijadwalkan Maret 2020 menjadi bulan ini. Hal itu untuk mengatasi kemungkinan terpukulnya permintaan minyak global akibat virus tersebut.
Goldman Sach mengatakan virus corona kemungkinan akan memukul pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 0,4 persen pada 2020. Bahkan dampak virus tersebut berpotensi menyeret ekonomi lebih rendah lagi.
Virus corona pun diproyeksi membuat permintaan minyak berkurang lebih dari 250 ribu barel per hari (bph) pada kuartal pertama. "Tampaknya hampir pasti bahwa virus corona akan menekan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan permintaan komoditas kuartal ini," kata analis Capital Economics dalam sebuah catatan seperti dikutip dari Reuters.
(Baca: Kematian Pertama Virus Corona di Luar Tiongkok Terjadi di Filipina)
Banyak perusahaan di Tiongkok berencana untuk kembali bekerja pada Jumat pekan lalu setelah perayaan liburan Tahun Baru Imlek selama sepekan. Meski begitu, pihak berwenang memerintahkan kegiatan bisnis di banyak daerah ditutup lebih lama guna menahan penyakit tersebut.
Adapun, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukan harga minyak harus tetap didukung pada saat ini, mengingat risiko politik dan pembatasan produksi yang dipimpin OPEC mengimbangi meningkatnya pasokan. Sebanyak 50 ekonom dan analis mengisi jajak pendapat tersebut sebelum virus corona menyebar.
Padahal, produksi minyak OPEC anjlok pada Januari ke level terendah multi-tahun karena eksportir utama Arab Saudi dan anggota lainnya kelebihan pengiriman. Selain itu, pasokan Libya turun karena blokade pelabuhan dan ladang minyak.
Namun, pasokan global tetap berlimpah dari Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), produksi minyak mentah AS naik 203.000 barel per hari ke rekor 12,9 juta barel per hari pada November.
(Baca: Harga Minyak Naik Tipis, Usai Tergelincir Akibat Virus Corona )