Menristek Minta Menkes Terawan Kurangi Obat dan Alkes Impor

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro hari Kamis (30/1) meminta Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan BPOM kurnagi obat dan alkes impor
30/1/2020, 20.33 WIB

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, 90% bahan baku obat dan alat kesehatan di Indonesia masih impor. Oleh sebab itu ia meminta Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Badan Pengawas Obat dan Makanan mengatasi hal ini.

Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk membuat obat herbal terdaftar. Obat tersebut kemudian dijadikan rekomendasi dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Bambang mengatakan selama ini obat-obat herbal buatan lokal sulit untuk bisa menjadi rekomendasi dalam JKN. Padahal obat buatan dalam negeri banyak jumlahnya dan terus berkembang.

“Mungkin yang ingin kami dorong adalah obat yang sudah lewat uji klinis,” kata Bambang di Rakornas Kemenristek/BRIN 2020 di Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (30/1).

(Baca: Para Peneliti Berpacu dengan Waktu Ciptakan Vaksin Virus Corona)

Menurut Bambang, kondisi ini muncul akibat banyak hasil penelitian di bidang kesehatan yang masih belum mau dikomersialisasikan. Di sisi lain, banyak industri enggan pula mengkomersialkan hasil penelitian kesehatan di Indonesia. “Ternyata masih besar gap sisi penelitian dan komersial,” kata Bambang.

Lebih lanjut, dia berharap Kementerian Kesehatan bisa mengajak para dokter bisa beralih menggunakan alat kesehatan buatan lokal. Menurut Bambang, mereka selama ini masih tergantung dengan alat kesehatan impor.

“Karena agak sulit untuk bisa mendorong dokter rekan-rekan Pak Menkes untuk mulai beralih kepada alat kesehatan yang dibuat putra Indonesia,” kata mantan Menteri Keuangan ini.

(Baca: Kimia Farma Ekspor Perdana 31 Juta Ton Bahan Kosmetik ke Korea Selatan)

Menanggapi ini, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, besarnya impor obat dan alat kesehatan karena iklim investasi Indonesia belum cukup baik. Terawan yakin industri mau mengomersialkan hasil penelitian kesehatan dalam negeri jika iklim usaha membaik.

“Selama kami bisa buat iklim investasi nyaman, tentu bisa bikin obat sendiri,” kata Terawan.

Reporter: Dimas Jarot Bayu