Harga minyak terus dipengaruhi sentimen negatif jelang akhir pekan ini. Harga terus turun setelah Amerika Serikat merilis data pasokan minyak yang meningkat secara mingguan.
Seperti dilansir dari Bloomberg pada Kamis (9/1) pukul 08.20 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Maret 2020 turun 0,24% menjadi US$ 65,21 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari 2020 turun 0,24% menjadi US$ 59,42 per barel.
Secara umum, harga minyak melonjak pada pekan lalu saat AS membunuh komandan militer Iran Qassem Soleimani dalam serangan udara di Baghdad. Kemudian lonjakan harga minyak berlanjut setelah Iran membalas dendam dengan melancarkan serangan rudal ke dua pangkalan militer AS di Irak.
Usai melakukan serangan rudal, Iran kembali meminta tentara AS angkat kaki dari Timur Tengah. Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mundur dari konflik di Timur Tengah pun menekan harga minyak.
(Baca: Bos Chevron: Pasokan Minyak Dunia Aman Biarpun Konflik AS-Iran Memanas)
Di samping itu, laporan Energy Information Administration (EIA) pada Rabu lalu menunjukkan peningkatan pasokan minyak AS secara mingguan yang naik 1,2 juta barel. Padahal, sejumlah analis memperkirakan terjadi penurunan sebesar 3,6 juta barel.
"Ketika ketegangan geopolitik muncul untuk memasuki keseimbangan baru. Keseluruhan kondisi pasokan di pasar cenderung mendukung penurunan minyak lebih rendah," Harry Tchilinguirian, ahli strategi minyak di BNP Paribas London, seperti dikutip dari Reuters Jumat (10/1).
Selain itu, menurutnya produksi minyak mentah AS diproyeksi akan tetap pada level 12,9 juta barel per hari. Dirinya juga kurang yakin bahwa OPEC dan sekutunya non-OPEC akan sepenuhnya menerapkan pengurangan pasokan.
(Baca: Pernyataan Trump Mengenai Serangan Iran Buat Harga Minyak Tertekan)