PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) mengatakan, tak hanya mengalami pencurian minyak mentah (illegal tapping), tetapi juga besi tua dan peralatan kabel di fasilitas produksi Blok Rokan.
Senior Vice President Policy and Government and Public Affairs PT CPI Wahyu Budiarto mengatakan, kerugian yang diderita pihaknya atas pencurian tersebut cukup besar. Namun, ia enggan merinci nilai kerugian yang diakibatkan tindak kejahatan itu.
"Cukup besar. Itu kan pipa yang sudah diproduksi. Lagi dikirim ke Dumai," ujar Wahyu saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (24/11).
(Baca: Kerja Sama dengan Polda Riau, Pencurian Minyak di Blok Rokan Turun 80%)
Ia menjelaskan, kasus pencurian minyak hingga besi dan kabel ini tengah menjadi konsen Chevron. Pihaknya kini tengah berupaya menangani dan mencegah kasus ini agar tak berulang, antara lain dengan menggandeng pihak kepolisian setempat.
"Kami sudah bekerja sama dengan SKK Migas dibantu approach kepolisian juga, bikin task force yang bagus dan itu cukup menurun (aksi pencurian)," jelas dia.
Sebelumnya, Chevron pun bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) telah mengadukan aksi pencurian itu kepada Polda Riau.
(Baca: Transisi Blok Rokan, Chevron Bakal Siapkan Kebutuhan Data Pertamina)
Kepala Departemen Operasi SKK Migas Sumbagut Haryanto Syafri mengatakan sudah ada Perjanjian Kerja Sama (PKS) Pengamanan yang ditandatangani oleh SKK Migas dengan Polda Riau sejak pertengahan 2018 untuk peningkatan pengamanan. Sedangkan untuk penanggulangan dan pengungkapan pencurian dan pembobolan pipa (illegal tapping) telah dibentuk Satgas Polda Riau-Chevron sejak awal Mei 2019.
Sejak diaktifkannya PKS dan Satgas, jumlah kasus pencurian minyak di Blok Rokan turun drastis hingga 80% pada periode Maret hingga Oktober 2019. "Yang juga diikuti oleh menurunnya dampak Loss Production Opportunity (LPO) sebesar kurang lebih 85% untuk periode yang sama," ujar Haryanto berdasarkan keterangan tertulis, Jumat (1/11).