Kementerian Perhubungan mewajibkan pilot yang akan menerbangkan Boeing 737 Max 8 mengikuti simulator training atau pelatihan simulator. Kewajiban ini merupakan salah satu tindak lanjut dari hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
“Apabila ada perubahan dari menerbangkan Boeing 737 ke Boeing 737 Max, kami wajibkan masuk ke dalam simulator training,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B Pramesti dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/11) dikutip dari Antara.
Saat ini, Kemenhub tengah mengkaji pemasangan alat baru dalam Boeing 737 Max 8, yaitu Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Kajian tersebut dilakukan bersama-sama dengan negara-negara kawasan di Asean dan juga operator penerbangan di Indonesia.
(Baca: KNKT Ungkap 9 Penyebab Kecelakaan Lion Air JT610)
Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Capt. Avirianto mengatakan pemasangan MCAS dalam simulator pesawat Boeing 737 Max 8 tengah dilakukan di Singapura.
"Jadi nanti I ini ada untuk Boeing 737 Max 8 dan sudah diperbaharui dengan MCAS tidak seperti yang lalu, menyebabkan kecelakaan, kami masih melakukan sertifikasi,” katanya.
Boeing 737 MAX telah dilarang terbang di seluruh dunia sejak Maret tahun ini, setelah dua model pesawatnya jatuh di Indonesia dan Ethiopia pada Oktober tahun lalu dan Maret ini, dengan total 346 tewas.
(Baca: Mengungkap Setahun Tragedi Lion Air JT610 & Nasib Pesawat Boeing Max 8)
Kecelakaan pesawat Lion Air JT610 yang terjadi di Indonesia, tinggal landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada pada 29 Oktober 2018 pukul 06.32 WIB. Beberapa saat kemudian, pilot melaporkan adanya gangguan pada sistem kendali pesawat, indikator ketinggian, dan indikator kecepatan.
KNKT menemukan sembilan hal yang menjadi penyebab kecelakaan yang merenggut 189 penumpang, salah satunya mengenai sistem peringatan dini atau MCAS yang mengandalkan satu sensor rentan terhadap kesalahan.
Pesawat Boeing 737 MAX yang dikandangkan di seluruh dunia, kemungkinan dapat kembali beroperasi pada Januari 2020, setelah sejak Maret perusahaan mengganti perangkat lunak pesawat.
(Baca: Setahun Jatuhnya Lion Air, Sri Mulyani Ingatkan Soal Kompensasi)