Papua Sempat Rusuh, Ritel Modern Berpotensi Rugi Rp 3 Miliar

ANTARA FOTO/Wahyu Rumagesan
Warga melintasi Pasar Tambruni yang dibakar massa saat melakukan aksi di Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat, Rabu (21/8/2019). Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan pelaku usaha ritel berpotensi mengalami kerugian hingga Rp 3 miliar akibat kerusuhan di Papua.
3/9/2019, 13.25 WIB

Sejumlah anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) harus menutup toko ritelnya selama sepekan akibat kerusuhan yang terjadi di Papua. Ketua Aprindo Roy N. Mandey mengatakan peristiwa tersebut telah merugikan pelaku usaha maupun konsumen yang ingin memenuhi kebutuhannya.

Dia pun memperkirakan potensi kerugian sekitar Rp 2,5-3 miliar untuk setiap toko ritel modern. "Itu baru satu mal. Belum hitung jumlah toko di luar mal," kata Roy kepada katadata.co.id, Senin (3/9).

Adapun, beberapa ritel yang tutup meliputi Mal Jayapura, Mal Abepura, dan mal di daerah Sorong serta Manokwari. Khusus Mal Jayapura, ia memperkirakan jumlah pengunjung dapat mencapai 1.000-1.500 per hari.

Saat ramai, jumlah pengunjung dapat mencapai 2 ribu orang per hari. Satu pengunjung dapat berbelanja pada kisaran Rp 200-300 ribu.

Ia pun berharap kondisi di Papua dapat membaik. "Saat ini masih dalam status siaga, tapi sudah lebih kondusif," ujarnya.

(Baca: Pemerintah Batasi Akses Warga Negara Asing Kunjungi Papua)

Sebagai informasi, Mal Jayapura turut masuk dalam daftar bangunan yang dirusak massa. Massa yang berjumlah lebih dari 500 orang melakukan pelemparan, perusakan, dan pembakaran bangunan yang berada di pinggir jalan dalam perjalana dari Abepura ke Jayapura setelah melakukan orasi di lingkaran depan Kantor Pos Abepura.

Selain itu, ritel yang turut dirusak adalah Papua Trade Center, ruko-ruko di Terminal Lama Pasar Jaya, serta Toko Buku Gramedia. Kepolisian Daerah (Polda) Papua pun telah menetapkan 30 tersangka dalam kejadian tersebut.

Pemerintah menyatakan kondisi Papua saat ini mulai berangsur kondusif, terutama di Kota Jayapura. Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), gedung-gedung perkantoran, serta angkutan umum sudah kembali beroperasi.

Hanya sekolah yang hingga saat ini diliburkan. Keadaan kondusif di Papua itu terjadi usai adanya kesepakatan di antara tokoh-tokoh masyarakat asli Papua dengan Paguyuban Nusantara, yakni masyarakat pendatang, untuk saling berdamai satu sama lain. 

(Baca: Papua Belum Kondusif, Pembatasan Akses Internet Belum akan Dicabut)

Reporter: Rizky Alika