Harga minyak relatif stabil di tengah optimisme akan meredanya ketegangan dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Juga adanya ekspektasi bahwa negara-negara maju akan menerapkan stimulus guna menangkal kemungkinan perlambatan ekonomi.

Mengutip Bloomberg, harga minyak Brent naik 0,18% ke posisi US$ 60,14 per barel pada perdagangan Rabu (21/8) pagi. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,23% menjadi US$ 56,34 per barel.

Meskipun, Reuters memberitakan, minyak mentah AS lebih lemah dalam perdagangan post-settlement, setelah Presiden Donald Trump menyatakan belum siap membuat kesepakatan dagang dengan Tiongkok.

(Baca: Jokowi Sebut Data Lebih Berharga dari Minyak, Pelaku Migas Mau Bertemu)

AS menyatakan akan memperpanjang izin bagi Huawei Technologies untuk membeli komponen dari perusahaan AS. Ini memberikan sedikit sinyal melunaknya konflik dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.

"Ini adalah pasang surut perang dagang AS-Tiongkok dan ekspektasi akan stimulus ekonomi yang (memengaruhi) pasar, termasuk potensi stimulus fiskal oleh Jerman," kata seorang mitra Reuters di Again Capital di New York John Kilduff.

Beberapa negara ekonomi maju tampak siap mengambil kebijakan moneter dan fiskal guna melawan perlambatan ekonomi. Bunga acuan pinjaman Tiongkok sedikit lebih rendah pada Selasa (20/8) setelah bank sentral Tiongkok mengumumkan reformasi suku bunga acuan untuk mengurangi biaya kredit.

Langkah positif juga dijalankan di Jerman. Pemerintah koalisi Jerman menyatakan siap mengesampingkan aturan anggaran berimbang dan mengambil utang baru untuk melawan kemungkinan resesi.

(Baca: Trump Gulirkan Lagi Ancaman, Siap Pajaki Mobil Impor dari Eropa)

Meski begitu, kekhawatiran akan keseluruhan permintaan minyak terus membebani harga minyak mentah. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2019 sebesar 40.000 barel per hari (bph) menjadi 1,1 juta barel per hari dan mengindikasikan pasar akan mengalami sedikit surplus pada tahun 2020.

Adapun selain perang dagang dan stimulus ekonomi, pelaku pasar masih mengamati tanda-tanda ketegangan di Timur Tengah. Yang terbaru, AS membebaskan kapal tanker Iran di pusat konfrontasi antara Iran dan Washington, dan memperingatkan Yunani dan pelabuhan-pelabuhan Mediterania agar tidak membantu kapal itu.