Presiden Joko Widodo menyebut globalisasi yang terus berkembang tak hanya menciptakan kemudahan, tetapi juga persaingan dan ancaman bagi Indonesia. Di tengah arus globalisasi saat ini, Indonesia menghadapi persaingan tajam dengan negara lain, ancaman perang dagang yang memanas hingga perang siber.
"Persaingan kini semakin tajam dan perang dagang semakin memanas. Antar negara berebut investasi, berebut teknologi, berebut pasar, dan orang-orang pintar," ujar Jokowi dalam Pidato Kenegaraan di depan sidang bersama DPD dan DPR RI, Jakarta, Jumat (16/8).
(Baca: Ada Perang Dagang, Jokowi Ingin Pusat Perbelanjaan Diisi Produk Lokal)
Oleh karena itu, menurut dia, Indonesia harus banyak berbenah untuk dapat memenangkan persaingan di tengah arus globalisasi saat ini.
"Tidak ada pilihan lain, kita harus berubah. Tidak cukup hanya lebih baik dari sebelumnya, tetapi harus lebih baik dari yang lain," jelas dia.
Ia menegaskan Indonesia harus lebih cepat dan lebih baik dari negara lain. Untuk itu, diperlukan lompatan-lompatan terutama dalam bidang perizinan dan investasi.
"Lambat asal selamat tidak lagi relevan, yang kita butuhkan adalah cepat dan selamat," tegas dia.
(Baca: Perang Dagang, Surplus RI ke AS Naik Tapi Defisit ke Tiongkok Bengkak)
Di sisi lain, Jokowi juga menekankan keterbukaan saat ini harus tetap diwaspadai. Menurut dia, keterbukaan dapat membawa sejumlah ancaman, mulai dari ancaman terhadap ideologi, adab sopan santun, tradisi, hingga warisan kearifan.
"Indonesia tidak takut terhadap keterbukaan. Kita hadapi keterbukaan dengan kewaspadaan.
Kewaspadaan terhadap ideologi lain yang mengancam ideologi bangsa," kata Jokowi.