SKK Migas Minta Dukungan Menteri BUMN Tangani Tumpahan Migas Blok ONWJ

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Ilustrasi, petugas menyelesaikan pemasangan peralatan "Oil Boom" milik Oil Spill Response Center (OSCT) untuk melokalisir tumpahan minyak mentah di Pantai Sedari, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/8/2019). SKK Migas menganggap Pertamina belum cukup baik menangani kasus tumpahan minyak Blok ONWJ
5/8/2019, 19.47 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menganggap Pertamina belum cukup baik menangani kebocoran migas dari sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ). Hal tersebut terungkap dari Surat Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto kepada Menteri BUMN Rini Soemarno, Jumat lalu (2/8).

Dalam surat tersebut, Dwi menulis penanganan semburan minyak Blok ONWJ perlu dilakukan secara cepat agar mencegah kerusakaan lingkungan dan dampak sosial yang lebih luas, menjaga reputasi industri hulu minyak dan gas bumi, menjaga reputasi Pertamina, mengurangi potensi kerugian negara akibat kehilangan hidrokarbon serta menyebabkan tidak tercapainya lifting migas nasional. Namun Dwi tidak menjawab pesan singkat yang dikirim Katadata terkait surat tersebut.

Pertamina mengaku mendapat banyak kritik terkait penanganan kebocoran migas Blok ONWJ. Namun Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyatakan pihaknya telah melakukan upaya maksimal untuk menangani kejadian tersebut.

"Intinya kami fokus penanganan, kritikan dan teguran membangun kami semua. Kami percepat, kami tingkatkan kordinasi," ujar Fajriyah ke Katadata.co.id pada Senin (5/8).

Salah satu upayanya dengan memanggil tim ahli dari Amerika yang telah menangani ledakan rig Deepwater Horizon di Gulf, Mexico. "Kami sudah hire the best people yang mempunyai proven experience di situ. Berdasarkan track record tidak pernah gagal, "katanya.

(Baca: Menteri Susi: Tumpahan Minyak di Blok ONWJ Pelajaran untuk Pertamina)

Pertamina pun tengah melakukan pengeboran relief well hingga kedalaman 1.700 kaki (518,16 meter) dari target 9.000 meter (2743,2 meter). Diharapkan target tersebut bisa rampung dalam dua bulan kedepan sehingga sumur YYA-1 bisa diisi dengan lumur dan ditutup dengan semen.

"Penanganannya begitu, itu bisa ketutup sempurna sehingga semburan minyak tidak keluar,"ujar Fajriyah.

Selain itu, Pertamina juga melakukan penanganan di perairan utara Jawa dengan memaksimalkan penggunaan oil boom hingga 3.500 meter di sekeliling anjungan YYA-1. Pertamina juga menyiapkan empat streamer dan 44 kapal untuk mencegah tumpahan minyak mencapai garis pantai. Untuk tumpahan minyak yang terbawa ke bibir pantai, Pertamina melakukan penanganan dengan mengerahkan fishnet dan melakukan pembersihan minyak hingga muara sungai.

Hingga kini Fajriyah mengaku pihaknya belum menghitung jumlah kerugian akibat tumpahan minyak. Namun dia memastikan masyarakat yang terkenda dampak tumpahan minyak Blok ONWJ akan mendapatkan kompensasi.

"KKP, KLHK, pimpinan nelayan, kepala desa terdampak yang nanti akan memformulasikan kompensasinya seperti apa. Kan beda-beda uang kompensasinya,"katanya.

(Baca: Walhi Kritik Cara Pertamina Tangani Tumpahan Minyak Blok ONWJ)