Walhi Kritik Cara Pertamina Tangani Tumpahan Minyak Blok ONWJ

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Warga membawa karung berisi pasir yang tercemar tumpahan minyak mentah (Oil Spill) di pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019). Karung berisi pasir yang tercemar minyak mentah tersebut dikumpulkan dan akan dipindahkan ke lokasi penyimpanan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) untuk dimusnahkan.
29/7/2019, 20.03 WIB

Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) mengkritik sikap Pertamina Hulu Energi dalam penanganan tumpahan minyak di pantai utara, Karawang, Jawa Barat. Lembaga Swadaya Masyarakat di bidang lingkungan hidup tersebut mempertanyakan peralatan keselamatan bagi nelayan yang bekerja membersihkan tumpahan minyak hingga ganti rugi untuk warga terdampak.

"Kalau kawan kawan cek di lapangan itu bisa kita lihat, Kalau tim Pertamina kan pakai baju hazard (pengaman), sementara kalau nelayan ini dibiarkan seadanya yang penting itu (minyak) terangkut," kata Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat, Meiki W. Paendong di Kantor Walhi Jakarta, Senin, (29/7).

(Baca: Dampak Tumpahan Minyak Blok ONWJ Meluas, Sudah Berimbas ke 10 Desa)

Padahal, aktivitas pembersihan yang harus dikerjakan para nelayan tersebut cukup berat. Berdasarkan pengakuan koordinator pekerja yang berada di sekitar pesisir, nelayan yang bekerja mengangkut tumpahan minyak bisa membersihkan sekitar 60 karung limbah minyak dalam sekali angkut. Sedangkan bobot 1 karung minyak berkisar 36 kilogram.  

"Kalau ditotal ada sekitar 340 karung dalam sehari oil spill yang mereka angkut dari laut ke darat yang nantinya ditampung," kata Meiki.

Sepengetahuannya, Pertamina juga belum memberikan kompensasi untuk warga sekitar yang mata pencahariannya terganggu atau hilang imbas tumpahan minyak. Pertamina juga disebut belum melokalisir daerah terdampak. Padahal, daerah tersebut berbahaya.

"Warga masih bebas masuk, dan ini juga seharusnya jadi perhatian Pertamina," kata dia.

(Baca: Pertamina Butuh Dua Bulan untuk Hentikan Semburan Migas Blok ONWJ)

Untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan, Walhi mendesak Pertamina untuk mengecek lebih lanjut sumur-sumur eksplorasi di wilayah pantai utara Jawa Barat atau di blok Offshore North West Java (ONWJ). Sebab, sumber daya laut sangat penting bagi masyarakat sekitar.

Kebocoran gas dan tumpahan minyak pertama kali terjadi pada 12 Juli 2019 ketika Pertamina melakukan well kick pada sumur (re-aktivitasi) YYA-1 di blok ONWJ. Pada 14 Juli 2019, gelembung gas semakin besar disusul tumpahan minyak dari sumur tersebut.

Pertamina memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan di sekitar anjungan YYA dan mengevakuasi kru yang berada di lokasi untuk memastikan tak ada korban jiwa terkait insiden tersebut. Saat ini, tumpahan minyak sudah berimbas ke 10 desa di Karawang dan Bekasi.