Ani Yudhoyono, 'Bunga Flamboyan' yang Mengiringi Karier SBY

ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (keempat kanan) bersiap mengikuti upacara militer pelepasan jenazah almarhumah Ani Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/6/2019).
Penulis: Dwi Hadya Jayani
7/6/2019, 09.00 WIB

Mendirikan Partai Demokrat

Pasca kejadian tersebut, SBY dan Ani memanaskan mesin Partai Demokrat yang telah dibangun pada hari ulang tahun SBY, yaitu 9 September 2004. Ani mendampingi dalam mendesain partainya, yaitu menemukan warna biru yang menyimbolkan perdamaian sebagaimana simbol warna dari PBB. Tanpa keraguan, SBY dan JK mantap maju sebagai capres dan cawapres di Pemilu 2004.

Perjuangan ini dibalas dengan kepercayaan dari masyarakat, SBY-JK memenangkan kontestasi pemilu langsung pertama kali setelah reformasi. Tentunya kemenangan ini membuat Ani menghadapi peran baru sebagai Ibu Negara.

Ani sadar bahwa menjadi Ibu Negara berarti menjadi ibu bagi masyarakat. Oleh sebab itu, Ani memberikan akses nomor teleponnya untuk mendekatkan diri kepada masyarakat. Segala pengaduan, keluhan, dan lainnya ditanggapi dengan bijak sesuai porsinya.

Selain itu, Ani juga menjadi pelengkap SBY dalam urusan negara. Ani berinisiatif mengumpulkan istri-istri menteri di Kabinet Indonesia Bersatu dan terbentuklah Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Kontribusi SIKIB sangat positif sebagai gerakan untuk membantu masyarakat. Salah satunya ikut terjun dalam meringankan penderitaan korban bencana tsunami di Aceh pada 2004.

(Baca: Budi Waseso: Meninggalnya Ani Yudhoyono Kehilangan Besar Bagi Bangsa)

SBY Demokrat (Katadata)

SBY kembali mengemban amanah menjadi orang nomor satu di NKRI bersama Boediono pada 2009. Ani tetap setia mendampingi SBY untuk terus menguatkan, terutama saat SBY diterpa kasus-kasus yang menyudutkan kinerja pemerintahannya. Ani merasakan suka-duka sebagai Ibu Negara. Ia dihormati sekaligus merasa kesepian karena tidak dapat bergaul dan curhat sembarangan.

Di penghujung kepemimpinan SBY, sempat terlontar pertanyaan kesediaan Ani untuk menggantikan terkasihnya menjadi presiden layaknya Hillary Clinton. Ani menanggapi pertanyaan ini dengan penolakan. Bagi Ani, hal tersebut jauh dari bayangan karena tujuan hidupnya adalah mendampingi SBY.

Apabila masa pengabdian SBY sebagai presiden telah selesai, kedudukan paling terhormat bagi Ani adalah menjadi Nyonya SBY. Begitulah cita-cita Ani, sang flamboyan yang sederhana. Ia hanya berharap menjadi istri yang terus menyokong suaminya, mengantarkan Agus dan Ibas menjadi suami yang baik untuk keluarganya, menyayangi menantu, dan mengasuh cucu-cucunya.

“Dengan kemampuan yang luar biasa, sentuhan tangan Ibu telah membesarkan saya," kata AHY mengungkapkan kesannya pada ibunya. Ia adalah ibu yang lembut dan penuh kasih, guru pengasih, pelindung yang setia, dan teladan yang tidak habisnya memberi inspirasi.

(Baca: Ingin Menata Hati, SBY Akan Beraktivitas di Cikeas Sepekan Ini)

Halaman:
Reporter: Dwi Hadya Jayani