Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai dukungan ulama terhadap salah satu pasangan calon presiden tidak mempengaruhi hasil pemilihan presiden (pilpres) 2019. Pendiri LSI Denny JA, Denny Januar Ali mengatakan bahwa dukungan Ustaz Abdul Somad (UAS) terhadap pasangan calon (paslon) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanya memberikan efek kecil terhadap pemilih.
"Ini penting jadi pengetahuan, ulama sangat dihormati di Indonesia untuk panduan kehidupan beragama, tapi tidak untuk perilaku politik. Ulama tidak terlalu signifikan," kata Denny di Jakarta, Rabu (17/4).
Dia mengakui, sejak era reformasi memang tak ada aksi massa yang sebesar aksi 212. Meski militansinya sangat besar, Denny menilai dampaknya justru dapat merugikan elektabilitas Prabowo. Prabowo mendapat dukungan besar dari pemilih yang berafiliasi pada ormas FPI dan PKS, namun kelompok minoritas justru beralih memilih Jokowi.
"Seolah-olah UAS dan pawai militan luar biasa dan dukungan 212 luar biasa. Tapi ketika sains dan research negara lain masuk ke sana, nyatanya itu tidak berpengaruh," ujarnya.
(Baca: Dukungan Ustad Abdul Somad Dinilai Tak Pengaruhi Elektabilitas Prabowo)
Dia menilai pawai akbar yang dilakukan Prabowo tidak menggambarkan apa-apa. Meski pawai dipenuhi oleh pendukungnya, pemilih Joko Widodo yang tidak bersuara jauh lebih besar, bahkan mencapai lima kali lipat dari peserta pawai Prabowo.
Berdasarkan hasil exit poll LSI Denny JA, jumlah responden muslim mencapai 88,4%. Dari jumlah tersebut, Jokowi unggul 52,9% dan Prabowo 47,1%. Artinya, mayoritas pemilih muslim memilih Jokowi.
Jika dibedah lebih dalam lagi, ada kategori organisasi masyarakat (ormas) yang menyatakan dengan afiliasi tertentu, yaitu pemilih yang berafiliasi dengan NU 50%, Muhammadiyah 4,8%, Alumni 212 0,3%, dan organisasi masyarakat lain, 0,9%, dan tidak berafiliasi dengan organisasi apapun 39,8%.
Pada ormas NU, Jokowi dipilih 55,5% sementara Prabowo 44,5%, Muhammadiyah yang memilih Jokowi 50,3% sementara Prabowo 49,7%. Untuk Alumni 212, Jokowi kalah telak sebanyak 4,7% sementara Prabowo 95,3%. Kemudian ormas FPI, Jokowi juga kalah, sebesar 2,4% sementara Prabowo 97,6%.
(Baca: Pengaruh Kampanye Akbar Hanya Tingkatkan Iman Pendukung Loyal)
Sementara, ormas lain dipimpin oleh Jokowi sebesar 51,4% dan Prabowo 48,7%. Lalu pada kelompok yang merasa tak berafiliasi dengan ormas, Jokowi dipilih sebanyak 50,8% dan Prabowo 49,2%. Kemudian, ada juga kelompok non-muslim dengan proporsi 11,6%. Kelompok ini mayoritas memilih Jokowi sebanyak 82,7% dan Prabowo 17,3%.
Pada kelompok wong cilik dengan kriteria pendapatan di bawah Rp 2 juta sebanyak 56,6%. Hasilnya, Jokowi masih unggul dengan persentase 58,8%, sementara Prabowo 41,2%. Selanjutnya, kantong suara emak-emak sebesar 50% atau sebagian dari pemilih total. Hasil menunjukkan Jokowi sebanyak 55,3% vs Prabowo 44,7%.
Kemudian kalangan terpelajar yang pernah kuliah atau di atasnya berjumlah 8,3% dari total pemilih. Pada kelompok ini, Jokowi unggul tipis dengan Prabowo, yaitu secara berurutan 51,5% dan 48,5%. Kantong suara terakhir yakni kelompok milenial yang berusia 17-40 tahun berjumlah 40,3%. Kelompok ini memilih Jokowi sebanyak 54,9% sementara Prabowo 45,1%.
(Baca: Selisih Suara 8%, Indikator Politik Sebut Jokowi Bakal Menangi Pilpres)