Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah pengungsi akibat tsunami Selat Sunda pada Rabu (26/9) melonjak signifikan. Jumlah pengungsi saat ini mencapai 21.991 orang. Angka ini bertambah 5.909 orang dari hari sebelumnya yang sebesar 16.082 orang.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bertambahnya jumlah pengungsi hari ini karena Tim SAR Gabungan baru berhasil mendata titik-titik evakuasi baru. Lokasi evakuasi baru dari para pengungsi tersebut paling banyak berasal dari Pandeglang, Banten.
Selain jumkah pengungsi, BNPB juga melaporkan korban meninggal dunia hingga hari ini tercatat mencapai 430 orang, 1.495 orang luka-luka, dan 159 orang hilang. Sebanyak 924 unit rumah, 73 penginapan, dan 60 warung rusak akibat terjangan tsunami pada Sabtu (22/12) malam lalu.
(Baca: Tsunami Selat Sunda Dipastikan Akibat Runtuhan Gunung Anak Krakatau)
Kerusakan juga menimpa 434 perahu, 24 kendaraan roda empat, serta 42 kendaraan roda dua. "Beberapa fasilitas publik juga rusak seperti pelabuhan, dermaga, shelter dan sebagainya," kata Sutopo di kantornya, Jakarta.
Adapun Tim SAR Gabungan saat ini masih berfokus mengevakuasi korban tsunami di Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten. Tim SAR Gabungan juga melakukan operasi evakuasi melalui tiga jalur, yakni udara, darat, dan laut.
Dari jalur udara, Tim SAR Gabungan mengerahkan 11 helikopter yang terdiri dari tiga unit helikopter dari BNPB, dua unit dari Polri, dua unit dari Basarnas, dan empat unit dari TNI. Sedangkan di jalur laut, Tim SAR Gabungan mengerahkan beberapa KRI dan kapal patroli.
Hanya saja, dia menjelaskan proses evakuasi melalui jalur laut terkendala cuaca dan gelombang laut yang cukup tinggi. Selain itu, erupsi gunung Anak Krakatau masih terus terjadi.
Adapun untuk jalur darat, Sutopo mengatakan evakuasi terkendala karena jalur evakuasi yang rusak dari Pandeglang menuju Kecamatan Sumur. Kendala cuaca juga mengganggu proses evakuasi. Terlebih, ada beberapa lokasi seperti di Labuan yang banjir karena air sungai meluap.
"Apalagi isu mengenai tsunami susulan terus terjadi, sehingga menyebabkan petugas di sana ikut lari," ujar Sutopo.
(Baca: Tsunami Selat Sunda Sebabkan Puluhan Hotel Sekitar Carita Rusak Parah)
Minimnya ketersediaan alat berat juga menjadikan proses evakuasi terhambat dan tak bisa berjalan maksimal. Alat berat merupakan salah satu alat bantu yang kebutuhan mendesak dalam proses evakuasi. Jumlah alat berat yang tersedia di lokasi bencana saat ini mencapai 57 unit.
Selain alat berat, BNPB juga menyebut terdapat sejumlah sejumlah barang kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk penanganan pengungsi sehari-hari, seperti makanan, air bersih, sanitasi, layanan kesehatan, selimut, tikar, tenda keluarga, pakaian layak, peralatan dapur, peralatan bayi, dan makanan penambah gizi. Ada pula kebutuhan tenda pengungsi, MCK, genset, bahan bakar, trauma healing, perbaikan listrik.
Sebanyak 12 dapur umum dari Kementerian Sosial saat ini sudah beroperasi. Tujuh unit di antaranya telah tersedia di Banten dan lima di Lampung. Sedangkan tenaga medis juga sudah dikerahkan dari Kementerian Kesehatan, TNI, dan Polri.
Sementara itu, sebanyak 4.697 dari 4.731 menara seluler telah beroperasi. "Untuk listrik dari PLN 80 persen sudah menyala," kata Sutopo.