Setelah Tsunami Selat Sunda, BMKG Minta Masyarakat Jauhi Pantai

ANTARA FOTO/Ardiansyah
Sebuah kapal nelayan yang tersapu tsunami dan menimpa rumah warga di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Lampung, Minggu (23/12/2018). BPBD setempat mencatat jumlah korban meninggal mencapai 59 orang, 20 orang masih dalam pencarian, seluruh korban merupakan warga setempat.
Penulis: Pingit Aria
26/12/2018, 09.12 WIB

Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG) meminta masyarakat untuk menghindari lokasi pesisir pantai di sekitar Selat Sunda dalam radius 500 meter sampai 1 kilometer. Selain itu, BMKG juga memberi peringatan soal potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah.

"Kami meminta agar warga masyarakat tetap waspada dan menghindari lokasii pesisir atau pantai dalam radius 500 meter sampai 1 kilometer," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers di Gedung BMKG, Selasa (25/12) malam.

Ia menyatakan, saat ini masih ada potensi interaksi antara kondisi erupsi vulkanik Gunung Anak Krakatau yang mengakibatkan getaran-getaran dan juga potensi cuaca ekstrem. "Terutama besok pagi masih juga terjadi dan potensi gelombang laut yang tinggi masih juga terjadi," ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, BMKG bersama Badan Geologi dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terus melakukan pemantauan kondisi aktivitas tremor Gunung Anak Krakatau serta kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi.

(Baca  juga: Erupsi Gunung Anak Krakatau Hambat Pengecekan Melalui Udara)

"Karena seluruh kondisi tersebut dapat sewaktu-waktu berpotensi mengakibatkan longsor kembali, tebing kawah Gunung Anak Krakatau ke laut, dan dikhawatirkan dapat berpotensi memicu tsunami seperti hipotesa yang kami sampaikan pada 22 Desember 2018," kata Dwikorita.

Selain itu, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini terkait adanya potensi gelombang tinggi di beberapa perairan Indonesia. Kecepatan angin laut dapat memicu gelombang hingga setinggi 4 meter.

"Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan timur Lampung, Laut Jawa bagian barat, Laut Sulawesi, perairan utara Halmahera hingga Papua," ujar keterangan tertulis resmi dari BMKG.

Berikut beberapa wilayah yang disebut BMKG berpeluang terkena potensi gelombang tinggi:

a. Berpotensi terjadi gelombang tinggi 1,25 meter sampai 2,5 meter:
- Perairan utara Sabang - barat Aceh, hingga Kepulauan Mentawai
- Perairan Enggano-Bengkulu hingga barat Lampung
- Samudera Hindia Barat Sumatera
- Selat Sunda Bagian Selatan
- Samudera Hindia Selatan Jawa hingga NTT
- Perairan Utara Kepulauan Anambas hingga Kepulauan Natuna
- Perairan Kepulauan Baubau-Kepulauan Wakatobi
- Laut Arafuru
- Laut Banda Bagian Utara
- Perairan Selatan Ambon
- Perairan Selatan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar
- Perairan Kepulauan Kei-Aru
- Peraiaran Fakfak-Kaimana
- Peraiaran Amamapare-Agats
- Laut Selawesi
- Perairan Kepulauan Sangihe hingga Kepulauan Talaud
- Laut maluku Bagian Utara
- Perairan Halmahera
- Perairan Rajaampat
- Perairan Utara Jayapura-Sarmi

(Baca: Fokus Pencarian Korban, BNPB: 429 Meninggal Akibat Tsunami Selat Sunda)

b. Berpotensi terjadi gelombang tinggi 2,5 meter sampai 4 meter:
- Perairan utara Manokwari
- Perairan utara Biak
- Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Selasa (25/12) pukul 13.00 WIB, korban jiwa akibat tsunami di Selat Sunda mencapai 492 orang.

BNPB juga mencatat hingga hari ketiga pascatsunami Selat Sunda, sebanyak 1.485 orang luka-luka, 154 hilang dan 16.082 orang mengungsi akibat tsunami pada Sabtu (22/12) malam tersebut.

Tsunami tersebut berdampak pada lima kabupaten yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten, serta Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus, Provinsi Lampung.

Reporter: Antara