Pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjanjikan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi lebih tinggi bila menang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Mereka menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7-8% setelah beberapa tahun berkuasa.
Pada masa satu tahun pemerintahan atau pada 2020, mereka menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6-6,5%. Terdapat beberapa langkah yang disiapkan untuk mencapai target tersebut, yakni:
1. Mengubah kebijakan antibisnis dan antipertumbuhan.
Ekonom dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Drajad Wibowo mengatakan, pemerintah Jokowi Widodo-Jusuf Kalla kerap menghambat bisnis dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
(Baca juga: Kerap Kalah di Survei, Timses Prabowo-Sandiaga Kerja Lebih Keras)
Para pebisnis disebut mengeluhkan soal iklim bisnis Indonesia yang tidak begitu kondusif. Drajad pun mencontohkan ada satu industri yang sudah terlanjur berinvestasi cukup besar, namun sumber bahan bakunya tertahan karena izin tanahnya terganggu.
"Kami akan perbaiki kebijakan pemerintah yang antibisnis dan antipertumbuhan, justru merusak pertumbuhan," kata Drajad di Media Center Prabowo-Sandiaga, Jakarta, Jumat (9/11).
Ekonom senior Rizal Ramli menambahkan, kebijakan makro ekonomi saat ini menghambat iklim bisnis serta pertumbuhan ekonomi. "Tim Prabowo memberi tahu saya bahwa mereka akan memperbaiki kebijakan makro ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Rizal.
2. Keberpihakan di sektor pertanian dan pedesaan.
Tim Prabowo-Sandiaga berjanji akan memberikan insentif seperti bibit, pupuk, hingga akses perbankan yang lebih baik kepada para petani. Mereka juga akan memberikan insentif berupa stabilisasi harga-harga pangan sehingga para petani lebih untung.
(Baca: Lewat Petai dan Tempe, Jokowi Merespons Gimik Politik Sandiaga)
Stabilisasi harga pangan ini akan didorong melalui pemberian peran lebih signifikan bagi Badan Urusan Logistik (Bulog).Dana tambahan pun disiapkan agar Bulog dapat optimal dalam melakukan stabilisasi harga pangan.
"Supaya ketika panen harga tidak terlalu rendah bagi petani, ketika paceklik harga tak terlalu mahal bagi konsumen," kata Drajad.
3. Infrastruktur dialihkan ke pertanian dan pedesaan
Pembangunan infrastruktur saat ini dianggap belum cukup tepat sasaran sehingga tidak memberikan multiplier effect yang signifikan.
Tim Prabowo-Sandi akan mengalihkan porsi pembangunan infrastruktur kepada pertanian dan pedesaan. Sehingga diharapkan dapat memberikan efek ekonomi yang lebih baik. "Ini akan meningkatkan tingkat pertumbuhan dan ekuitas," kata Drajad.
4. Reformasi di bidang perpajakan.
Drajad mengatakan, Prabowo-Sandiaga ketika terpilih akan menurunkan tarif Pajak Penghasilan (PPh 21) dan menaikkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada 2020.
Drajad mengatakan, kebijakan ini bakal dilakukan untuk mendorong orang-orang membayarkan pajaknya kepada negara. Pasalnya, pemerintah saat ini dinilai belum mampu mengoptimalkan penerimaan pajak.
Dengan menurunkan tarif pajak, Drajad berharap agar perorangan dapat lebih banyak membayar pajak kepada negara. "Itu biasanya akan meningkatkan rate efektif dari penerimaan pajak," kata Drajad.
Mereka pun akan melakukan penegakan hukum, namun tidak dengan menakut-nakuti masyarakat. Menurut Drajad, masyarakat saat ini terkesan ditakut-takuti sehingga menyembunyikan uang.
Masyarakat disebut tak mau lagi belanja untuk membeli barang retail dan properti. "Sehingga justru membuat pertumbuhan jadi terhambat," kata dia.
5. Mengurangi impor dan mendorong ekspor.
Rizal mengatakan, selama ini pemerintah terlalu banyak mengimpor barang-barang yang tidak begitu dibutuhkan. Dia mencontohkan, pemerintah memutuskan kuota impor 3,7 juta ton garam. Padahal, banyak petani garam yang mengeluh lantaran produksinya berlebih dan tak terserap industri.
(Baca juga: Panen Garam Rakyat Terasa Pahit Akibat Serbuan Impor)
Dia menuding hal serupa terjadi kepada komoditas beras. "Kita butuh impor sesuatu, tapi untuk impor yang berlebihan atas barang yang tidak dibutuhkan, ini sangat disayangkan," kata Rizal.
Rizal mengatakan, Prabowo-Sandiaga hanya akan memfokuskan impor pada komoditas yang menjadi prioritas. Lebih lanjut, kebijakan anti-dumping akan diterapkan di antaranya untuk komoditas baja.
Prabowo-Sandiaga juga akan meningkatkan kapasitas produksi Krakatau Steel sehingga mampu memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. Tak hanya itu, Prabowo-Sandiaga juga akan mengubah sistem impor dari kuota menjadi tarif.
Sistem tarif, kata Rizal, lebih baik untuk diterapkan karena membolehkan semua pihak untuk mengimpor. Alhasil, potensi kecurangan dan kartel dalam impor dapat lebih diminimalisir.
Sementara mendorong ekspor dengan memberikan insentif baik melalui regulasi, diplomasi, hingga bantuan intelijen terhadap negara-negara lain. "Kalau Prabowo-Sandiaga diberi amanat, itu negara akan hadir untuk menolong eksportir kita mulai dari sawit, kertas, sampai furnitur," kata Drajad.
Soal Dana Hasil Ekspor (DHE) agar optimal, mereka akan memberikan insentif kepada para eksportir untuk menyimpan dananya dalam bentuk devisa di perbankan nasional. Salah satu insentif yang akan diberikan berupa kemudahan perpajakan.
6. Mendorong sektor bisnis pariwisata Indonesia.
Rizal mengatakan, Indonesia saat ini memiliki potensi destinasi pariwisata yang belum optimal dikelola. Program pariwisata juga mengarahkan kepada destinasi perkotaan, mendorong keunikan daerah, baik dari sisi budaya dan kuliner.
7. Menarik investor asing dan peningkatan SDM.
Tim Prabowo-Sandiaga menjanjikan program mendorong industrialisasi dengan membuat regulasi yang menarik untuk mendorong investor asing masuk industri. Salah satunya lewat kemudahan mendapatkan lahan.
Mereka juga mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan memperbanyak pendidikan vokasional bagi masyarakat Indonesia, sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan industri.