Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Djoko Santoso, meminta agar timnya meningkatkan kinerja hingga dua kali lipat untuk memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Hal ini dilakukan agar elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua itu bisa mengungguli Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.
Kontestasi politik nasional tinggal tersisa sekitar lima bulan lagi. Namun, elektabilitas Prabowo-Sandiaga dalam berbagai survei kerap berada di bawah petahana. Survei Litbang Kompas pada 24 September-5 Oktober 2018 menunjukkan elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 32,7% dibandingkan Jokowi-Ma'ruf sebesar 52,6%. Survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 7-14 September 2018 menunjukkan elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 29,8%. Angka ini lebih kecil 30,6 persen dari perolehan suara yang dimiliki Jokowi-Ma'ruf sebesar 60,4%.
(Baca: Dianggap Merugikan, Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga Boikot Metro TV)
Pada survei Indikator Politik Indonesia pada 1-6 September 2018, elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 32,3%. Angka ini jauh lebih kecil 25,4% dibandingkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf yang sebesar 57,7%. "Kan selalu kita yang namanya survei kalah terus, ya itu sebagai warning saja lah," kata Djoko di Media Center Prabowo-Sandiaga, Jakarta, Selasa (6/11).
Menurut Djoko, survei sebenarnya bukan satu-satunya indikator bagi pemenangan Prabowo-Sandiaga. Hanya saja, dia menilai survei tersebut bisa menjadi referensi untuk bekerja lebih keras.
Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif BPN Prabowo-Sandiaga, Musa Bangun. Menurut Musa, hasil berbagai survei terkait elektabilitas Prabowo-Sandiaga akan dijadikan bahan evaluasi oleh tim sukses.
Nantinya, hasil evaluasi ini akan diberikan kepada masing-masing direktorat dalam BPN Prabowo-Sandiaga untuk dikaji. Musa mengatakan, peningkatan kerja BPN Prabowo-Sandiaga dalam pemenangan pemilu akan dilakukan dari berbagai aspek. "Karena ini kan masih berjalan waktunya dan itu semua bagian dari evaluasi kerja tim pemenangan," kata Musa.
(Baca: Lewat Petai dan Tempe, Jokowi Merespons Gimik Politik Sandiaga)
Kontestasi politik nasional tinggal tersisa sekitar lima bulan lagi. Namun, elektabilitas Prabowo-Sandiaga dalam berbagai survei kerap berada di bawah petahana. Survei Litbang Kompas pada 24 September-5 Oktober 2018 menunjukkan elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 32,7% dibandingkan Jokowi-Ma'ruf sebesar 52,6%. Survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 7-14 September 2018 menunjukkan elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 29,8%. Angka ini lebih kecil 30,6 persen dari perolehan suara yang dimiliki Jokowi-Ma'ruf sebesar 60,4%.
(Baca: Dianggap Merugikan, Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga Boikot Metro TV)
Pada survei Indikator Politik Indonesia pada 1-6 September 2018, elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 32,3%. Angka ini jauh lebih kecil 25,4% dibandingkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf yang sebesar 57,7%. "Kan selalu kita yang namanya survei kalah terus, ya itu sebagai warning saja lah," kata Djoko di Media Center Prabowo-Sandiaga, Jakarta, Selasa (6/11).
Menurut Djoko, survei sebenarnya bukan satu-satunya indikator bagi pemenangan Prabowo-Sandiaga. Hanya saja, dia menilai survei tersebut bisa menjadi referensi untuk bekerja lebih keras.
Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif BPN Prabowo-Sandiaga, Musa Bangun. Menurut Musa, hasil berbagai survei terkait elektabilitas Prabowo-Sandiaga akan dijadikan bahan evaluasi oleh tim sukses.
Nantinya, hasil evaluasi ini akan diberikan kepada masing-masing direktorat dalam BPN Prabowo-Sandiaga untuk dikaji. Musa mengatakan, peningkatan kerja BPN Prabowo-Sandiaga dalam pemenangan pemilu akan dilakukan dari berbagai aspek. "Karena ini kan masih berjalan waktunya dan itu semua bagian dari evaluasi kerja tim pemenangan," kata Musa.
(Baca: Lewat Petai dan Tempe, Jokowi Merespons Gimik Politik Sandiaga)