Penyelenggara navigasi penerbangan Bandara Soekarno Hatta yakni Airnav Indonesia menyatakan bahwa pesawat Lion Air JT 610 sempat meminta kembali ke bandara alias return to base (RTB). Permintaan itu disampaikan oleh pilot hanya 2-3 menit setelah lepas landas pada pukul 06.20 WIB.
Direktur Airnav Indonesia Novie Riyanto mengatakan Air Traffic Controller (ATC) Bandara Soekarno Hatta lantas memberikan lampu hijau untuk kembali ke bandara. Namun, pesawat tersebut hilang kontak pada pukul 06.32, sebelum diumumkan jatuh.
"Setelah dua sampai tiga menit meminta RTB, kami layani dan persiapkan," kata dia di Bandara Soekarno Hatta, Banten, Senin (29/10).
Novie mengatakan, apabila pilot meminta kembali ke bandara maka akan jadi prioritas navigasi bandara. Bahkan, pesawat dapat mendarat dari arah berlawanan apabila situasi darurat atau emergency. "Tinggal pilotnya, tapi kapan saja diizinkan mendarat," ujarnya.
(Baca juga: Jokowi Akan Temui Keluarga Korban Kecelakaan Lion Air di Jakarta)
Meski demikian, Novie mengaku belum tahu alasan Lion Air meminta RTB. Dia mengatakan investigasi baru akan dilakukan setelah kotak hitam dan citra radar diketahui. "Nanti ada investigasinya berdasarkan itu.
Sedangkan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan, timnya sedang mencari Underwater Locator Beacon (ULB) yang menempel pada kotak hitam. Alat tersebut disebutnya dapat bertahan dalam kedalaman maksimal 4.000 meter di bawah permukaan laut.
Dia meyakini alat tersebut dapat ditemukan cepat lantaran pesawat Boeing 737 800 Max masih baru dan kapasitas baterai ULB mencapai 60 hari. "Transmisi akan terdengar 3 kilometer dari posisi (terdampar). Makanya kami minta petugas menyelam 10 meter membawa alat (pendeteksi)," katanya.