Jokowi dan Prabowo Belum Cukup Aman Jadi Presiden yang Kuat

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi dan Ma\'ruf Amin serta Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat mengikuti rapat Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Capres dan Cawapres Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9/2018). \
Penulis: Dimas Jarot Bayu
6/10/2018, 12.00 WIB

Kebanyakan masyarakat menginginkan pemilihan presiden pada tahun depan (Pilpres 2019) mencetak presiden yang kuat. Berdasarkan survei yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Kamis (4/10), terdapat 85,6 persen responden mengharapkan hal tersebut.

“Mayoritas publik ingin Pilpres 2019 berakhir dengan terpilihnya presiden yang kuat,” kata peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar di kantornya. Hanya 6,7 persen responden menyatakan tidak ingin, 4,2 persen biasa saja, dan 3,5 persen tidak menjawab.

(Baca juga: Kebohongan Ratna Sarumpaet Bakal Pangkas Elektabilitas Prabowo-Sandi).

Dari total responden yang menginginkan pemimpin kuat, 42,4 persen berharap Indonesia memiliki stabilitas untuk menumbuhkan ekonomi atau kesejahteraan masyarakat. Sementara 20,4 persen lainnya ingin presiden yang kuat agar tidak diperalat oleh kepentingan kelompok tertentu.

Adapun 15,3 persen responden menyatakan, dengan presiden yang kuat maka tak terlalu banyak negosiasi yang tak perlu untuk mengambil keputusan. “Agar presiden kokoh melindungi keberagaman di Indonesia,” kata Rully.

Untuk bisa mendapatkan presiden yang kuat, 58,5 persen dari mereka menilai capres memerlukan dukungan dari 55 – 65 persen masyarakat. Sementara 9,6 persen yang menganggap dukungan masyarakat cukup 50 – 54 persen. Hanya 8,7 persen responden menilai dukungan dari masyarakat yang dibutuhkan 65 – 80 persen. Sementara, 23,2 persen lainnya menyatakan tidak tahu.

Meski demikian, saat ini belum ada kandidat di Pilpres 2019 yang mampu meraih dukungan 55 -65 persen dari masyarakat. Dari survei LSI Denny JA pada Agustus lalu, Joko Widodo secara personal hanya mendapatkan elektabilitas sebesar 53,6 persen. Angka ini turun menjadi 52,2 persen ketika disandingkan dengan calon wakil presidennya, Ma'ruf Amin.

Ada pun calon presiden Prabowo Subianto hanya memiliki perolehan suara sebesar 28,8 persen secara personal. Angkanya meningkat menjadi 29,5 persen jika diduetkan dengan calon wakilnya, Sandiaga Uno. “Pasangan capres-cawapres perlu didukung oleh 55 – 65 persen masyarakat agar lebih mudah melahirkan presiden yang kuat,” kata dia.

(Baca juga: Elektabilitas Prabowo-Sandi di Pemilih Muslim Terdorong Ijtimak Ulama).

LSI Denny JA mengadakan survei pada 14 - 22 September 2018 dengan melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi Indonesia. Pemilihan responden dilakukan secara acak atau multistage random sampling dengan tingkat kesalahan alias margin of error sebesar +/- 2,9 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.