Para elite Partai Demokrat tak banyak memberikan penjelasan mengenai rapat darurat yang digelar di kediaman ketua umumnya,  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di Jalan Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, Kamis (9/8). Hingga sekitar pukul 16.00, rapat tersebut masih di-skors sejak pukul 14.30 WIB.

(Baca: Demokrat Adakan Rapat Darurat Usai Pertemuan SBY-Prabowo).

Ketua Dewan Kehormatan Demokrat Amir Syamsuddin mengatakan pihaknya tak akan memberi komentar sebelum rapat selesai. Sejauh ini, lanjut dia, belum ada keputusan terkait sikap Demokrat dalam Pilpres 2019. “Saya sampaikan bahwa kami sepakat skors dan memang tidak ada hal yang layak,” kata Amir.

Amir juga enggan menyatakan opsi-opsi yang berkembang dalam rapat tersebut. Menurut Amir, dia dan jajaran elit Demokrat lainnya hanya keluar sebentar sebelum kembali melanjutkan rapat. Berkali-kali ditanya, dia tetap tak memberikan pernyataan. Amir beralasan tidak diberi kewenangan untuk berkomentar.

Partai Demokrat sebelumnya menggelar rapat darurat sejak pukul 12.30 WIB. Beberapa elite Demokrat terpantau berdatangan sejak pukul 12.00 WIB.  (Baca pula: PKS dan Demokrat Sepakat Prabowo Akan Tentukan Cawapres).

Mereka antara lain Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan, Ketua Dewan Kehormatan Demokrat Amir Syamsuddin, Sekretaris Jenderal Demokrat Hinca Pandjaitan, Wakil Ketua Umum Demokrat Roy Suryo. Kemudian, Wakil Ketua Majelis Tinggi PD Ee Mangindaan, Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Rachland Nashidik, Ketua BPOKK Demokrat Pramono Edhie Wibowo serta politisi Demokrat Andi Mallarangeng.

Rapat darurat dilakukan usai SBY bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Prabowo hari ini menyambangi rumah SBY pukul 09.54 WIB. Dia didampingi jajaran utama Gerindra, antara lain Wakil Ketua Umum Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Sugiono, Anggota Dewan Pembina Fuad Bawazier, dan Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani.

Setengah jam setelahnya, Prabowo keluar dari kediaman SBY pukul 10.35 WIB. Tak ada konferensi pers atau pernyataan sikap setelah pertemuan keduanya. Hal tersebut berbeda dengan beberapa pertemuan yang dilakukan Prabowo dan SBY sebelumnya.

Pertemuan antara Prabowo dan SBY sebelumnya dijadwalkan untuk membahas miskomunikasi antara Gerindra dan Demokrat. Hal ini dipicu pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief yang menuduh Prabowo lebih memilih Sandiaga sebagai cawapres karena mampu membayar PAN dan PKS masing-masing Rp 500 miliar. 

Padahal Prabowo baru saja bertemu SBY dengan membawa janji manis perjuangan. Dia pun menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus. Menurut Andi, Prabowo memiliki kualitas yang buru lantaran lebih menghargai uang ketimbang perjuangan.

Terkait koalisi dengan Demokrat, Prabowo menyebutkan hal tersebut masih terus dibahas. “Kita musyawarah terus, masih berjalan,” kata Prabowo.

(Baca pula: AHY Diunggulkan Dampingi Prabowo, Bagaimana Nasib Anies?).

Nama Sandiaga disebut masuk dalam bursa calon wakil presiden (cawapres) bagi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Sandiaga dipertimbangkan bersama Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Pemenangan Pemilu (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Hanya saja, nama-nama tersebut masih terus dikonsultasikan bersama dengan partai-partai koalisi lainnya. “Tadi pagi, siang, sampai malam ini kami konsultasikan, hasilnya ya malam ini kami putuskan,” kata Muzani di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (8/8).