Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan banyak pengusaha dan investor yang berada dalam posisi menunggu dan melihat (wait and see) bisnis dan investasi jelang Pemilihan Presiden 2019. JK mengatakan penundaan berbisnis dan berinvestasi lantaran mereka menunggu kepastian arah kebijakan ekonomi dan politik di Indonesia.
Para pengusaha dan investor tersebut menunggu realisasi janji-janji kebijakan ekonomi yang diusung para kandidat calon presiden. Sebab, janji-janji tersebut akan menjadi pertimbangan mereka berinvestasi.
"Mereka menganalisis, katakanlah Pak Jokowi menang, apa kebijakan ekonominya masih pro-rakyat? Kalau Pak Prabowo menang, bagaimana kebijakan ekonominya?" kata JK dalam sebuah seminar di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (2/8).
(Baca juga: Ekonom Yakin Pemilu dan Pilpres 2019 Tak Buat Investor Hengkang)
JK mengatakan, perilaku pengusaha tersebut tak hanya disebabkan oleh situasi tahun politik. Menurutnya, ada pula berbagai faktor yang mempengaruhi sikap wait and see para pengusaha, antara lain perang dagang, rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve, hingga berbagai isu nasional yang berkembang.
"Memang ada juga pelemahan rupiah (pengaruhi sikap pengusaha), tapi itu juga terjadi di mana-mana," kata JK.
(Baca juga: Menanti Kejutan Capres-Cawapres Jelang Pendaftaran Pilpres)
JK mengatakan, sikap pengusaha yang menunda bisnis dan investasi dapat berimbas kepada persoalan tenaga kerja, pengangguran, serta kemiskinan. Untuk itu, pemerintah akan terus berupaya memberikan kepastian kepada para pengusaha dan investor.
Selama ini, kata dia, pemerintah telah membuat banyak aturan deregulasi untuk mendorong kepastian berusaha. Dia pun meyakinkan jika perhelatan pemilu di Indonesia selama ini berlangsung cukup aman.
"Bagaimana kami bisa memberikan kepastian kepada pengusaha bahwa pemilu akan aman," kata dia.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai seharusnya para pengusaha tak perlu bersikap wait and see menghadapi Pilpres 2019. Pasalnya, Indonesia selama ini tetap aman menghadapi berbagai pemilu.
"Sudah terbukti pilpres beberapa kali mampu, ribuan kali pilkada mampu," kata Burhanuddin.
Menurut Burhanuddin, kegaduhan selama pemilu merupakan hal yang wajar dalam demokrasi. Asalkan, hal tersebut tetap bisa dikelola sehingga tak menimbulkan konflik.
Justru, Burhanuddin menilai sikap wait and see dari pengusaha yang membuat ketidakpastian selama pemilu. "Sikap terlalu berhati-hati dari pelaku ekonomi itu yang juga menambah isu apakah kita mampu menghadapi ujian demokrasi sekian kalinya," kata dia.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Roeslani membantah jika para pengusaha bersikap wait and see lantaran memasuki tahun politik. Menurut Rosan, sikap tersebut dilakukan lantaran permintaan pasar saat ini tak begitu menggeliat.
Alhasil, pengusaha menahan diri melakukan ekspansi. "Kalau demand kuat ya kami ekspansi usaha," kata Rosan.