Pemerintah bersama Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) tengah menyusun rancangan peta jalan (road map) ekonomi syariah Indonesia. Road map ini tidak hanya soal keuangan syariah, industri halal juga akan dirancang.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menilai saat ini industri halal Indonesia masih belum berkembang. Padahal, Indonesia merupakan pasar yang besar, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
“Kami semakin percaya bahwa industri keuangan syariah hanya bisa berkembang kalau industri halalnya berkembang,” kata Bambang di kantornya, Jakarta, Rabu (25/7). (Baca: Tantangan Keuangan Syariah, Tak Ada Bank Syariah Skala Besar)
Dalam road map tersebut berencana membuat beberapa segmen industri syariah, diantaranya segmen barang ekspor, pariwisata, termasuk industri keuangan syariah. Bambang merasa prihatin dengan kondisi ekspor industri halal.
Selama ini ekspor Indonesia masih didominasi produk berbasis minyak kelapa sawit alias Crude Palm Oil (CPO). Sementara untuk produk industri yang terkait gaya hidup Islami, Indonesia lebih banyak menjadi pasar, bukan sebagai produsen.
“Kosmetik makin banyak dari Korea dan Jepang yang masuk ke segmen halal. Ini kalau tidak bisa disiapkan pesaing dari dalam (negeri), posisi kita semakin kuat menjadi net consumer (pembeli),” katanya.
Road map ini diharapkan dapat memenuhi impian Indonesia sebagai produsen yang mampu mengekspor barang-barang halal, pembuatan road map ini ditargetkan selesai awal tahun depan dengan target mengurangi posisi Indonesia sebagai konsumer.
(Baca: Bank Muamalat Fokus Perkuat Modal Tahun Ini)
Meski begitu, Bambang tidak mengatakan kapan Indonesia bisa menjadi pusat ekonomi Islam dunia. Yang lebih penting industri halal dapat berkontribusi terhadap pengurangan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit), sehingga bisa memperkuat nilai tukar rupiah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam perkembangan ekonomi Islam global. Mempertimbangkan penduduk muslim yang besar, Darmin menilai potensi pangsa pasar yang bisa diraih oleh Indonesia adalah sekitar 12,7% dari total populasi dunia.
"Kita ini pangsa penduduk muslim dunia, dari sisi pengeluaran secara global itu kira-kira mencapai 12% dari pengeluaran global pada 2016. Pangsa itu diproyeksikan akan naik dari US$ 2,1 triliun pada 2016 menjadi US$ 3 triliun pada 2022," kata Darmin.