Siasat Gerindra dan PKS Dongkrak Suara di Pilgub Jabar dan Jateng

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto usai memberikan hak suara dalam Pilgub Jawa Barat 2018. Kampanye Prabowo dianggap mendongkrak suara Sudradjat-Syaikhu.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
28/6/2018, 13.47 WIB

Hasil perhitungan cepat (quick count) pemilihan gubernur Jawa Barat dan Jawa Tengah berkebalikan dengan proyeksi beberapa lembaga survei. Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berkoalisi di dua wilayah tersebut menyiapkan strategi khusus untuk mendongkrak suara menjelang masa pencoblosan.

"Baik di Jawa Barat dan Jawa Tengah strateginya sama, mesin politik bekerja siang-malam baik door to door mau pun lewat media sosial menjelang masa pencoblosan," kata Wakil Sekjen Gerindra Andre Rosiande dihubungi Katadata.co.id, Kamis (28/6).

(Baca juga: Hasil Hitung Cepat, Lumbung Suara di Jawa Diamankan Pendukung Jokowi)

Perhitungan quick count Jawa Barat menunjukkan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu mampu bersaing ketat dengan Ridwan Kamil- Uu Ulum. Padahal dari beragam survei sebelum pencoblosan, Sudrajat-Syaikhu hanya menjadi pasangan underdog, berada di posisi ke tiga dari empat kandidat.

"Hingga kini, kami masih belum terima hasil quick count (dengan posisi Sudrajat-Syaikhu di nomor dua), masih ada peluang calon kami meraih suara terbanyak," kata Andre.

Tabel Quick Count 100% di Jawa Barat

KandidatSMRCLSICharta PolitikaLitbang Kompas
Ridwan Kamil- Uu Ulum32,26%32,98%33,51%32,54%
T.Hasanudin-Anton Charliyan12,77%12,98%11,41%12,20%
Sudrajat-Ahmad Syaikhu29,58%27,98%30,12%29,53%
Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi25,89%26,07%24,96%25,72%

Sementara pada Pilgub Jawa Tengah, berdasar hasil quick count, pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah meraih suara dengan rentang yang tak terlalu jauh dari Ganjar Pranowo-Taj Yasin. Padahal dari berbagai hasil survei sebelum pencoblosan, Ganjar-Yasin diprediksi menang telak hingga 70% dari Sudirman-Ida.

"Bila saja Pilgub Jatim mundur dua minggu, kami yakin menang," kata Andre.

Andre mengatakan, koalisi partai di Jabar dan Jateng berstrategi menyerang mendekati pencoblosan karena mereka mengalami kendala logistik dan biaya kampanye. Sehingga, kandidat mereka mendapatkan dukungan di hari-hari terakhir, dan tak terekam dalam berbagai survei.

"Karena logistik terbatas, maka kami sprint menjelang pencoblosan. Bila lebih kuat, tentu kami bisa bergerak dalam jangka panjang," kata Andre.

Strategi mendekati massa, kata Andre, selalu dibarengi kampanye #2019GantiPresiden. Menurut dia, model kampanye tersebut cukup ampuh untuk membuat para pemilih melirik calon mereka.

(Baca juga: Peta Kekuatan Politik Jawa Barat dan Jawa Tengah Jelang Pencoblosan)

Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan. Dia mengatakan, melonjaknya suara Sudrajat-Syaikhu di Pilgub Jawa Barat tak lepas dari kerja mesin politik PKS di akhir masa kampanye dalam dua hingga tiga pekan terakhir.

PKS, kata Djayadi, memiliki simpatisan yang cukup solid dan bergerilya di akar rumput. Terlebih, ada peran eks Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dalam kampanye Sudrajat-Syaikhu selama ini.

Langkah ini diperkuat Gerindra yang mendorong kekuatan ketokohan Ketua Umumnya, Prabowo Subianto. Alhasil, PKS dan Gerindra mampu menarik kembali para simpatisannya yang sempat mendukung Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dan Ridwan-Uu.

"Jadi kemungkinan di masa dua-tiga pekan terakhir itu ada perubahan konstelasi di kalangan pemilih, terutama di kalangan pemilih yang tadinya cenderung ke duo DM (Deddy-Dedi), dan sebagian di daerah perkotaan yang jadi basis pemilih Ridwan Kamil," kata Djayadi ketika dihubungi Katadata.co.id.

(Baca juga: Di Mana Kantong Suara Ganjar Pranowo?)

Bekerjanya mesin partai PKS serta ketokohan Prabowo digunakan juga dalam Pilkada Jawa Tengah yang membuat elektabilitas Sudirman-Ida naik pesat.

Menurut Djayadi, soliditas pendukung Gerindra dan PKS cukup besar di Jawa Tengah yang kemudian diperkuat pendukung PAN yang juga mengusung Sudirman-Ida. Djayadi mengatakan sebanyak 80% dari pendukung Gerindra, PAN, dan PKS solid mendukung Sudirman-Ida.

Hanya saja, hal tersebut dinilai masih belum cukup. Alasannya, pendukung PKB yang mengusung Sudirman-Ida masih dianggap belum solid. Djayadi mengatakan, hanya 58% dari pendukung PKB yang akhirnya memilih Sudirman-Ida. Sementara sisanya beralih mendukung Ganjar-Taj Yasin.

"Jadi faktor soliditas pendukung partai menjadi penting untuk memastikan kekuatan dukungan dari Sudirman-Ida," kata Djayadi.

Selain itu, Sudirman-Ida kalah lantaran pendukung PDIP cukup solid mendukung Ganjar-Taj Yasin. Hal lain karena adanya faktor petahana yang dimiliki oleh Ganjar. "Itu yang membuat suara dia unggul cukup jauh dibandingkan dengan Sudirman Said," kata Djayadi.