Pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah berpengaruh pada harga minyak dunia. Menjelang kesepakatan OPEC hari ini, harga minyak dunia sudah turun pada perdagangan kemarin.

Dilansir oleh Reuters, harga minyak mentah Brent LCOc1 turun sebesar US$ 1,76 per barel, atau lebih dari 2 persen ke level terendah US$ 72,98. Padahal, sebelumnya sudah sedikit naik menjadi US$ 73,34 per barel. Harga minyak mentah ringan Amerika Serikat (AS) CLc1 juga ini turun US$ 1menjadi US$ 64,71 per barel.

Harga minyak Brent sempat mencapai harga tertingginya yaitu di atas US$ 80 per barel bulan lalu. Tetapi telah jatuh dalam beberapa pekan terakhir karena rencana Arab Saudi. Negara asal Timur Tengah, pemimpin de facto OPEC ini mengisyaratkan akan meningkatkan produksinya untuk menstabilkan harga.

(Baca: Mewaspadai Dampak Sidang OPEC ke Indonesia)

Negara-negara OPEC akan mengadakan pertemuan dua tahunan di Wina, Austria pada hari ini dan diperkirakan akan setuju untuk menggenjot lebih banyak produksi minyak. Selain itu, ada kemungkinan beberapa produsen lain di luar OPEC, termasuk Rusia, yang akan melakukan tindakan yang sama. Iran yang sempat menentang setiap kenaikan produksi minyak mentah, mulai mengisyaratkan kemungkinan mendukung dengan skala yang kecil.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan pasar minyak saat ini telah menyeimbangkan kembali tujuannya, yakni mencegah kekurangan minyak mentah di masa depan yang dapat menekan pasar. "Kami perlu mengeluarkan pasokan ke pasar," kata Falih di Wina, Austria seperti dikutip dari Reuters.

Kepala Strategi Minyak Bank Prancis BNP Paribas Harry Tchilinguirian mengatakan kepada Reuters, dia mengharapkan OPEC dan Rusia menyetujui negosiasi akan adanya peningkatan kecil dalam produksi minyak global.

 "Tampaknya peningkatan agregat dalam produksi untuk OPEC, antara 500 ribu barel per hari (bpd) dan 1 juta bpd adalah kisaran yang sedang dipertimbangkan," kata Tchilinguirian.

(Baca: Harga Minyak Jadi Salah Satu Tantangan Utama Ekonomi Indonesia 2018)

 OPEC, bersama dengan produsen utama lainnya, termasuk Rusia, mulai menahan ekspor pada tahun 2017 untuk menopang harga. Tetapi pasar melakukan pengetatan dan menyebabkan konsumen meminta persediaan minyak lebih banyak.