Cek Fakta: (Hoaks) Aktivis HMI Meninggal Akibat Kekerasan Aparat

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Spanduk kampanye perlawanan terhadap informasi hoax di Ungaran, Jawa Tengah, (4/2).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
25/5/2018, 18.04 WIB

Beredar sebuah kabar di jejaring media sosial dan aplikasi percakapan yang menyebutkan kader Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Pertimbangan Organisasi (HMI MPO) asal Medan, Sumatera Utara, Jefri 'Bule' Siregar meninggal dunia akibat tindakan kekerasan yang dilakukan aparat di depan Istana Merdeka, Jakarta, Senin (21/5). Pihak kepolisian dan HMI membantah kabar yang beredar liar tersebut.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyebutkan kabar tersebut tidak benar. Jefri memang meninggal namun bukan akibat kekerasan aparat kepolisian. "Itu hoaks, sudah kami klarifikasi," kata Argo kepada Katadata.co.id, Jumat (25/5).

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto pun menyatakan hal yang sama. 

(Baca juga: Sri Mulyani Tantang Debat Mahasiswa Penolak Utang Tapi Prosubsidi)

Ketua Umum HMI Cabang Medan periode 2011-2012 Hendra Hidayat menjelaskan kematian Jefri karena mengidap penyakit. "Bukan karena ikut aksi apalagi dipukuli polisi," kata Hendra dalam keterangan tertulisnya.

Hendra menyayangkan adanya kabar bohong tersebut. Dia pun meminta agar masyarakat tak ikut menyebarkan kabar tersebut lebih jauh.

"Entah apa motif si penyebar info tersebut, yang pasti punya tujuan yang tidak baik dengan memelintir info dan berita hoaks tersebut," kata Hendra.

Hoaks yang beredar dalam postingan di akun media sosial itu berbunyi: Bulek Siregar, aktivis HMI, harus meregang nyawa akibat tindakan represif aparat yang melampaui batas. InsyaAllah, dia mati syahid karena beraksi demi menyuarakan hati nurani rakyat yang merasa ditindas oleh rezim saat ini.

Hoaks yang beredar dikaitkan dengan demo aktivis HMI MPO dalam peringatan 20 tahun Reformasi. Demo yang diikuti sekitar 25 mahasiswa berujung kericuhan yang menyebabkan tujuh mahasiswa mengalami luka-luka dan sempat dirawat di RSUD Tarakan.

Hingga kini belum diketahui luka-luka akibat yang diderita mahasiswa akibat tindakan represi aparat. Argo sempat menjelaskan kericuhan bermula dari tindakan mahasiswa yang membakar dua ban di pintu silang Monas barat laut depan Istana. 

Polisi kemudian hendak mematikan api, namun upaya ini dihadang oleh mahasiswa. Akibatnya kedua belah pihak saling mendorong dan terjadi kericuhan.

Argo menjelaskan tujuh mahasiswa yang mengalami luka saat itu segera dilarikan ke rumah sakit. Setelah itu polisi memulangkan mereka dan tak ada satu pun mahasiswa yang ditangkap pada malam itu.