Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan penurunan jumlah penduduk stunting atau gagal tumbuh akan menjadi salah satu fokusnya usai menggeber proyek infrastruktur. Alasannya, stunting dianggap menjadi ancaman terhadap daya saing bangsa.
Jokowi menjelaskan stunting dapat mempengaruhi produktivitas anak. Oleh sebab itu upaya memberantas kegagalan tumbuh kembang anak ini akan dilakukan secara masif dan terintegrasi. Upaya ini merupakan bagian dari peningkatan investasi di bidang Sumber Daya Manusia (SDM).
"Karena tahapan penting infrastruktur akan selesai, kami akan masuk (pembenahan) kualitas SDM," kata Jokowi dalam Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Penurunan Stunting di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (5/4).
(Baca Ekonografik: 1 dari 3 Balita Indonesia Derita Stunting)
Beberapa hal yang akan disasar pemerintah antara lain memaksimalkan layanan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), penanganan sanitasi, hingga intervensi pangan serta gizi masyarakat. Jokowi mengatakan dalam tiga tahun terakhir pemerintah telah membagikan biskuit kepada balita serta para ibu. Namun langkah itu masih dirasa belum cukup. Perlu dilengkapi dengan makanan lain, seperti ikan, telur, serta kacang ijo.
Langkah kebijakan lanjutan setelah pembenahan infrastruktur ini pernah disampaikan Jokowi bulan lalu. Setelah beberapa tahun fokus mengembangkan infrastruktur, kini Presiden akan menyiapkan anggaran besar untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Sehingga betul-betul ada perubahan dari investasi infrastruktur lalu masuk ke pekerjaan besar berikutnya yakni investasi SDM," ujarnya. (Baca: Datablog: Stunting, Ancaman Generasi Masa Depan Indonesia)
Saat itu mantan Gubernur DKI Jakarta ini masih menyampaikan langkah di bidang pendidikan saja. Dia menjelaskan pembinaan SDM akan dimulai dari tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Lalu ada pula peningkatan akses serta kualitas pendidikan dasar serta menengah. Presiden ingin sistem pendidikan di Indonesia dapat menciptakan SDM yang berkarakter dan berbudi pekerti baik.
Pengembangan lainnya adalah pendidikan vokasi yang menghubungkan Sekolah Menengah Kejuruan dengan industri yang membutuhkan. Dia mengatakan pendidikan vokasi ini memerlukan dukungan sarana, prasarana, serta memerlukan perubahan mendasar dalam cara mendidik.