Kunjungan AHY ke Istana Dianggap Sinyal Merapat ke Jokowi

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pilkada dan Pilpres Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di DPP Partai Demokrat, (17/2).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
7/3/2018, 20.36 WIB

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai pertemuan Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pilkada dan Pilpres Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan pada Selasa (6/3) menyiratkan sinyal merapatnya Demokrat kepada Jokowi. Terlebih, banyak pesan bermuatan politik yang disampaikan AHY setelah pertemuan mengindikasikan hal tersebut.

"Kalau indikatornya pernyataan AHY, menurut saya sinyal itu cukup kuat," kata Qodari di Kantor Operasional ICMI, Jakarta, Rabu (7/3).

Qodari memaparkan, salah satu pernyataan AHY yang mengindikasikan merapatnya Demokrat ke Jokowi ketika menyatakan bahwa Jokowi merupakan kandidat capres terkuat. Menurut Qodari, pernyataan tersebut bisa saja menandakan bahwa Demokrat melihat peluang besar jika berkoalisi dengan Jokowi.

"Artinya mengaku 'oke bos, Anda hebat. (Demokrat) siap bergabung'," kata Qodari. (Baca juga: Safari Politik, Strategi AHY Jelang Pilpres 2019)

Selain itu, sinyal Demokrat merapat ditunjukkan ketika AHY menyampaikan pesan presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika itu, AHY megatakan bahwa ayahnya mendoakan Jokowi selalu sehat dan bisa terus menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Indonesia.

"Itu kan artinya (kepemimpinan Jokowi) didukung," kata Qodari.

Qodari pun menilai diterimanya AHY yang datang seorang diri menyiratkan bahwa Jokowi membuka peluang mendapatkan dukungan dari Demokrat. Alasannya, tidak mungkin AHY dapat tiba-tiba bertemu Jokowi di Istana, terlebih Demokrat tak berada dalam koalisi pendukung pemerintah.

"Penerimaan berdua saja ini suatu indikasi bahwa ada pesan dari Partai Demokrat yang kali ini Jokowi menenerima langsung Agus, bukan dengan Kaesang (anak Jokowi, Kaesang Pangarep)," ucap Qodari.

Kendati demikian, Qodari belum bisa memastikan betul apakah pesan ini akan memastikan Demokrat sebagai koalisi pendukung pemerintah dalam Pilpres 2019. Sebab, dia menilai segala kemungkinan bisa terjadi dalam politik.

"Politik ini masih sangat dinamis, yang sudah-sudah ada pasangan calon di last minute," kata Qodari. (Baca juga: Dekati PDIP, Demokrat Penjajakan Duet Jokowi-AHY di Pilpres 2019

Sebelumnya Ketua DPP Partai Demokrat Didik Mukriyanto menyatakan Demokrat sedang mempersiapkan AHY maju dalam Pilpres 2019.  Namun, Demokrat tak bisa sendirian mengusung AHY untuk maju dalam Pilpres 2019 karena adanya syarat ambang batas presiden (presidential threshold) sebesar 20% kursi DPR, sementara Demokrat baru memiliki 10% kursi.

Karenanya, Demokrat masih terus menjalin komunikasi dengan berbagai partai politik guna menjalin koalisi. Menurut Didik, komunikasi dilakukan agar nantinya koalisi partai dapat memiliki persepsi yang serupa untuk memenangkan Pilpres 2019.

Demokrat masih membuat perhitungan politik apakah AHY akan ditempatkan sebagai capres atau cawapres dalam Pilpres 2019. Menurutnya, perhitungan ini penting untuk mempertimbangkan penerimaan publik.

"Ya kami masih tetap berpikir rasional apakah Mas AHY nanti akan kami usung sebagai capres atau cawapres. Semuanya tergantung hitung-hitungan politik dengan siapa kami berkawan ketika mau mencalonkan," kata Didik.

(Baca juga: Simulasi Survei, Jokowi-AHY Berpeluang Kalahkan Prabowo-Anies di 2019)