Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan titik rawan gempa di Indonesia selama tujuh tahun terakhir terus meningkat. Pada 2010 titik rawan gempa hanya sebanyak 81 titik, dan kini menjadi 295 atau meningkat 214 titik selama tujuh tahun.
"Risiko terjadinya gempa di seluruh kawasan Indonesia semakin besar," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR, Danis H. Sumadilaga di kantornya, Jakarta, Jumat (26/1).
Menurut Danis, bertambahnya titik rawan gempa seiring peningkatan jumlah sesar aktif di Indonesia. Berdasarkan Peta Gempa Kementerian PUPR, jumlah sesar aktif meningkat menjadi 154 titik rawan.
Secara rinci, titik rawan gempa di Sumatera bertambah dari 19 menjadi 55 titik, Sulawesi dari 12 menjadi 49 titik, Maluku-Papua dari 12 menjadi 79 titik, dan Nusa Tenggara dari sebelumnya tidak ada menjadi 75 titik. Adapun, Pulau Jawa mengalami peningkatan dari 10 menjadi 37 titik.
Danis mengatakan, di Pulau Jawa penambahan jumlah sesar aktif yang cukup signifikan terdapat pada jalur utara dari Kota Cirebon - Semarang - Surabaya. "Dampak risiko tinggi karena populasi penduduk yang besar," kata Danis.
Pulau Kalimantan merupakan wilayah yang paling aman dari gempa. Pasalnya, berdasarkan peta gempa Kementerian PUPR 2017, hanya sedikit ditemukan sesar aktif di pulau tersebut.
"Kalimantan itu relatif aman terhadap gempa. Sedikit sekali daerah yang merah, hanya di dekat perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan," kata dia.
Selama 2017 terdeteksi 8693 gempa atau terjadi 718 gempa per bulan. Gempa yang merusak terjadi sebanyak 19 kali. Gempa dengan magnitudo lebih dari 5 Moment magnitude (Mw) sebanyak 208 kali dan gempa dirasakan sebanyak 573 kali.