Gunung Agung Berstatus Awas, Bandara Ngurah Rai Ditutup 24 Jam

ANTARA FOTO/Wira Suryantala
Sejumlah calon penumpang menunggu jadwal penerbangan di terminal keberangkatan internasional Bandara Ngurah Rai, Tuban, Bali, Minggu (26/11).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
27/11/2017, 08.54 WIB

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Agung, di Kabupaten Karangasem, Bali, dari siaga menjadi awas, mulai Senin (27/11) pukul 06.00 WITA. Dampak dari status awas ini membuat Bandara Internasional Gusti Ngurah Rai ditutup 24 jam mulai 27 November pukul 07.15 WITA hingga 28 November pukul 07.00 WITA.

"Semua penerbangan yang datang dan berangkat dari I Gusti Ngurah Rai akan dibatalkan hingga pemberitahuan lebih lanjut," kata General Manager Angkasa Pura I Yanus Suprayogi, Senin (27/11).

Sebelumnya, bandara internasional Lombok ditutup sementara akibat meningkatnya aktivitas erupsi Gunung Agung. Aktivitas penerbangan di bandara Lombok ditutup mulai Minggu pukul 17.55 WITA sampai dengan Senin (27/11) pukul 06.00 WITA. Akibat penutupan ini, sebanyak 16 penerbangan dari dan menuju bandara Lombok dibatalkan.

(Baca: Menhub Siapkan Beberapa Bandara Antisipasi Erupsi Gunung Agung)

Peningkatan status gunung Agung dari level siaga (tiga) menjadi awas ( empat) karena erupsi Gunung Agung terus meningkat. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tingkat erupsi Gunung Agung meningkat dari fase freatik ke magmatik sejak teramati sinar api di puncak pada Sabtu (25/11) pukul 21.00 WITA.

"Sampai hari ini erupsi fase magmatik disertai kepulan abu tebal menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, hari ini.

Sutopo mengatakan, kepulan abu yang terjadi kadang disertai erupsi eksplosif dengan suara dentuman lemah yang terdengar sampai jarak 12 kilometer dari puncak Gunung Agung. Sinar api semakin sering teramati pada Minggu (26/11) malam.

"Ini menandakan potensi letusan yang lebih besar akan segera terjadi," ujar Sutopo.

Sutopo mengatakan, asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal setinggi 2.500-3.000 meter di atas puncak kawah. Hal ini secara visual teramati jelas melalui pos pengamatan Gunung Agung di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem.

Selain itu, letusan dengan tinggi 3.000 meter dengan warna asap kelabu juga teramati. Adapun, terlihat sinar api dari Gunung Agung.

"Tremor non harmonik menerus amplitudo 1 - 10 milimeter, dominan 1 - 2 milimeter," kata Sutopo. 

(Baca: Ratusan Kilometer Jalan Akan Terdampak Erupsi Gunung Agung)

Sutopo mengimbau agar masyarakat di sekitar Gunung Agung dan wisatawan tidak berada di areal serta menghentikan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya. Zona tersebut berada dalam radius 8 kilometer dari kawah Gunung Agung.

"Ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timur Laut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 10 kilometer dari kawah Gunung Agung," lanjutnya.

BNPB telah mengoordinasikan potensi nasional dari TNI, Polri, Basarnas, Kementerian PU Pera, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, BUMN dan lainnya untuk mendampingi Pemerintah Daerah dalam penanganan erupsi Gunung Agung. Posko Pendampingan Nasional juga telah diaktivasi di Kabupaten Karangasem.

"BPBD bersama unsur lainnya terus melakukan penanganan darurat erupsi Gunung Agung," kata Sutopo.

Sutopo pun mengimbau agar masyarakat yang berada di dalam radius 8 kilometer dan perluasan 10 kilometer untuk segera mengungsi dengan tertib dan tenang. "Sebagian masyarakat telah melakukan evakuasi mandiri sejak Sabtu (25/11) malam menyusul erupsi Gunung Agung," kata Sutopo. 

 (Baca: Waspada Gunung Agung, Luhut Kaji Ubah Rapat IMF-World Bank dari Bali)

Reporter: Dimas Jarot Bayu