Pemutusan hubungan kenegaraan antara Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, dan Yaman dengan Qatar membuat suhu politik kawasan Timur Tengah kembali memanas. Pemutusan hubungan yang sudah terjalin selama 36 tahun itu diperkirakan dapat mempengaruhi harga minyak hingga komitmen investasi di Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan bahwa konflik negara-negara teluk tersebut akan membawa dampak terhadap harga minyak di Indonesia. Hanya saja, lanjut Darmin, dampak tersebut belum tentu signifikan berimbas kepada Indonesia.

Tidak hanya Indonesia, banyak pula negara yang harga minyaknya akan terimbas konflik tersebut. “Itu kan tidak hanya terhadap Indonesia saja,” ujar Darmin di Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (6/6). (Baca: Tiga Negara Arab Putus Hubungan dengan Qatar, Harga Minyak Naik)

Harga minyak jenis WTI untuk kontrak Juli mendatang sempat mencapai US$ 48,42 per barel atau naik 1,6 persen pada perdagangan di Bursa New York, Amerika Serikat (AS), Senin (5/6). Namun di akhir sesi, harganya ditutup melemah US$ 0,26 ke angka US$ 47,4 per barel.

Sedangkan di bursa ICE London, harga minyak acuan Brent untuk kontrak Agustus yang semula naik 57 sen menjadi US$ 50,52 per barel ditutup melemah US$ 0,48 ke angka US$ 49,47 per barel.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai imbas konflik Timur Tengah dapat membuat pemerintah kesulitan menyesuaikan harga minyak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor Migas. Dia memperkirakan harga minyak dunia masih fluktuatif akibat konflik tersebut. Bisa saja harga minyak naik, atau bahkan turun.

Jika harga minyak naik di atas US$ 50 per barel, Bhima dia memprediksi pemerintah akan segera menyesuaikannya dengan harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan harga ini tentunya akan berdampak terhadap inflasi.

Selain minyak, Bhima pun memprediksi sektor perdagangan dan investasi Indonesia juga akan terdampak. Ekspor Indonesia ke Qatar, seperti kayu, furnitur, otomotif, dan tekstil akan terkoreksi turun. "Komitmen investasi baru dengan Qatar Investment Authority senilai US$ 1 miliar juga bisa tertunda," ujarnya.

(Baca: Timur Tengah Pecah, Garuda Tampung Penumpang Umrah Qatar Airways)

Konflik tersebut mulanya terlihat dari lansiran kantor berita nasional Arab Saudi yang mengumumkan bahwa pemerintah negara tersebut memutuskan hubungan dengan Qatar. Ini dilakukan untuk menjaga keamanan nasional Arab dari bahaya terorisme dan ekstremisme. Seluruh pelabuhan yang menghubungkan kedua negara itu akan ditutup.

Keputusan tersebut terkait dengan padangan Qatar yang lebih condong ke Iran. Padahal, Arab Saudi dan Iran bertentangan dalam sejumlah isu regional, termasuk program senjata nuklir Iran. Kedua negara juga berselisih karena Iran menanamkan pengaruhnya di Suriah, Lebanon, serta Yaman. 

Langkah Saudi memutuskan hubungan dengan Qatar itu kemudian diikuti oleh Uni Emirat Arab dan Bahrain. Belakangan, Mesir dan Yaman yang tengah berselisih dengan kaum Houthi dukungan Iran, juga memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar.