Proyek peningkatan dan pengembangan Kilang Cilacap masih menemui hambatan. Saudi Aramco sebagai mitra strategis PT Pertamina (Persero) dalam proyek tersebut, malah meminta pengurangan porsi kepemilikan sahamnya atau setoran modal.

Pelaksana tugas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, Saudi Aramco meminta penurunan kepemilikannya di Kilang Cilacap dari 45 persen menjadi 30 persen. “Saya tidak tahu alasannya, tanya saja dia. Mungkin juga pendanaan,” katanya di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (24/8). (Baca: Peningkatan Kapasitas Kilang Picu Lonjakan Impor Minyak Mentah)

Namun, Luhut tak mengkhawatirkan rencana itu. Menurut dia, Pertamina bisa membeli pengurangan saham milik Saudi Aramco tersebut. Apalagi dari segi pendanaan, Badan Usaha Milik (BUMN) energi ini memiliki kemampuan untuk membelinya. 

Untuk itu, Luhut akan membahas persoalan tersebut saatkunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia pada Oktober mendatang.

Kilang Cilacap merupakan salah satu proyek strategis nasional. Ini tercantum dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.

Saudi Aramco dan Pertamina sebenarnya telah meneken kesepakatan induk atau Heads of Agreement (HoA) pada akhir tahun lalu. Kemudian, proyek tersebut masuk tahap desain rekayasa dasar atau Basic Engineering Design (BED). (Baca: Saudi Aramco Mulai Revitalisasi Kilang Cilacap Akhir 2016)

Proses BED ini ditandai dengan penandantangan kontrak perekayasaan dan jasa manajemen proyek atau Engineering and Project Management Services di kantor pusat Pertamina, Jakarta, 23 Mei lalu. Kontrak ini diteken oleh Vice President of International Operations Saudi Aramco Said Al-Hadrami dan Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi.

Kala itu, Rachmad mengatakan, proyek pengembangan Kilang Cilacap membutuhkan dana US$ 4 miliar hingga US$ 5 miliar. Untuk itu, perlu mitra strategis dengan kemampuan teknik dan finansial yang kuat. “Saudi Aramco merupakan mitra yang ideal,” kata dia.

Untuk menggarap tahapan awal BED itu, kedua perusahaan menunjuk Amec Foster Wheeler Energy Limited. Dalam sembilan bulan ke depan, Amec akan menyelesaikan proses tersebut.

Dengan begitu, tahap desain rekayasa akhir atau Front End Engineering Design (FEED) dapat selesai pada 2018. Lalu, pada 2019 memulai fase konstruksi sehingga proyek penambahan kapasitas Kilang Cilacap itu dapat rampung akhir 2022.

Setelah proyek itu rampung, kapasitas Kilang Cilacap akan meningkat menjadi 370 ribu barel per hari. Selain itu, meningkatkan kapasitas produksi petrokimia, yaitu aromatics, hingga lebih dari 600 kilo ton per tahun (ktpa) dan polypropylene menjadi 160 ktpa. (Baca: Penambahan Kapasitas Kilang Cilacap Bisa Rampung 2022)