Kebutuhan dana investasi untuk pengembangan Blok Masela bisa dipangkas lebih rendah dari perkiraan awal. Peluang ini berdasarkan laporan yang diperoleh Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Panjaitan dari pendahulunya, Arcandra Tahar.
Saat masih menjabat sebagai Menteri ESDM, menurut Luhut, Arcandra mengungkapkan bahwa biaya investasi di ladang kaya gas tersebut bisa ditekan dari US$ 22 miliar menjadi US$ 15 miliar dengan skema pengembangan di darat. “Itu yang dilaporkan Pak Arcandra ke saya,” kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (16/8). (Baca: Percepat Pengembangan Blok Masela, ESDM Bentuk Tim Ad Hoc)
Menurut Luhut, perhitungan yang disampaikan oleh Arcandra tersebut merupakan hal penting. Jadi, negara bisa menjadi lebih efisien karena dapat menghemat ongkos yang harus dikeluarkan untuk mengembangkan Blok Masela.
Di sisi lain, Inpex Corporation selaku operator Blok Masela belum mau berkomentar mengenai peluang memangkas dana investasi untuk blok gas di Laut Arafura, Maluku tersebut. Juru bicara Inpex Usman Slamet mengaku sedang intensif membahas dengan pemerintah mengenai pengembangan Blok Masela. “Untuk dapat sesegera mungkin melaksanakan proyek pengembangan lapangan gas Abadi,” kata dia kepada Katadata, Selasa (16/8).
Sekadar informasi, pada Kamis pekan lalu (11/8), Kementerian ESDM telah menggelar rapat perdana (kick off meeting) dengan Inpex di kantor Kementerian ESDM. Rapat itu membahas rencana aksi dan pembentukan tim percepatan pengembangan Blok Masela.
“Kami bikin time frame untuk percepat Proyek Masela,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja seusai rapat tersebut. Tujuannya agar proyek ini bisa berproduksi secepatnya. (Baca: Arcandra Targetkan Putusan Akhir Investasi Blok Masela 2018)
Namun, dia menolak merinci jadwal waktu yang telah disusun lantaran penetapan jadwalnya masih menunggu usulan dari Inpex selaku operator Blok Masela. “Kami inginnya dipercepat. Tadi kami lihat program yang realistis tapi belum terlalu teknis. Nanti kalau sudah kebentuk batas waktunya saya sampaikan,” katanya.
Wiratmaja tidak membantah jika Inpex meminta beberapa hal seperti penambahan kapasitas agar proyek tersebut bisa ekonomis dengan skema darat. Tapi hal tersebut masih perlu pembahasan lebih lanjut.
Tapi, jika pembahasan itu buntu, menurut Wiratmaja, saat ini belum ada rencana untuk mengubah skema pengembangan menjadi kembali ke laut dengan kapasitas 2,5 mtpa. Skema tersebut sesuai PoD pertama yang sudah disetujui SKK Migas tahun 2010. (Baca: Bersama Inpex, ESDM Susun Jadwal Pengembangan Blok Masela)
Skema tersebut tidak berubah karena Inpex sudah berkomitmen untuk terus berinvestasi dan menghormati keputusan Presiden Joko Widodo dengan skema darat. Untuk bisa menjalankan keputusan itu, perusahaan asal Jepang ini juga sedang mempersiapkan segala hal. “Kami juga percepat sekarang, arahan pak Menteri ESDM begitu,” kata dia.