Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar berkomitmen mempercepat penyelesaian beberapa proyek strategis minyak dan gas bumi (migas). Untuk itu, Arcandra yang baru memangku jabatanya satu pekan itu, memanggil beberapa petinggi perusahaan migas di Indonesia ke kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (4/8).
Menjelang tengah hari, beberapa bos perusahaan migas itu terlihat silih berganti menemui Arcandra. Termasuk Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja. (Baca: 30 Program Strategis Migas Jadi Fokus Utama Menteri Arcandra)
Sebelum memulai rapat, Wiratmaja menyempatkan diri untuk menjawab beberapa pertanyaan dari wartawan. Ia menjelaskan, Menteri ESDM ingin bertemu dengan manajemen PT Pertamina (Persero) dan para chief executive office (CEO) perusahaan-perusahaan migas lainnya. “Silaturahmi dengan pelaku industri hulu migas. Semua hal akan disampaikan ke Menteri,” kata dia.
Berdasarkan pantauan Katadata, petinggi ENI, perusahaan migas asal Italia, tiba lebih awal. Tak berselang lama, hadir manajemen ExxonMobil yaitu Presiden Direktur Daniel L. Wieczynski dan President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia, Erwin Maryoto.
Pertemuan dengan manajemen ExxonMobil berlangsung kurang lebih selama empat jam. Dalam pertemuan itu, menurut Erwin, ExxonMobil menyampaikan perkembangan beberapa proyek seperti Lapangan Banyu Urip dan Jambaran-Tiung Biru di Blok Cepu.
Selain itu, Menteri ESDM ingin mengetahui kegiatan ExxonMobil dan potensi yang ada di beberapa proyek. Manajemen ExxonMobil pun menyampaikan jika produksi Blok Cepu sudah mencapai 185 ribu barel per hari.
Ada juga proyek Blok East Natuna yang saat ini masih dalam tahap kajian pasar. Setelah proses itu rampung maka akan membahas kontrak bagi hasilnya. “Menteri ESDM ingin cepat, cepat, dan cepat,” kata dia. (Baca: Pemerintah Siapkan Insentif Agar Blok East Natuna Cepat Produksi)
Setelah ExxonMobil berlalu, giliran manajemen Chevron Indonesia menemui Arcandra. Mereka adalah Presiden Direktur Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak dan Senior Vice President Strategic Business Support Yanto Sianipar.
Pertemuan dengan manajemen perusahaan raksasa migas asal Amerika Serikat ini berlangsung sekitar dua jam. Namun, Yanto enggan mengungkapkan detail isi pembicaraan dengan Arcandra. “Bahas mengenai perkembangan proyek kami. Itu saja, sudah ya,” kata dia.
Seperti diketahui, Chevron memiliki beberapa proyek migas di Indonesia. Salah satu proyek yang menjadi andalannya adalah Indonesia Deepwater Development (IDD) yang berada di Selat Makassar.
Sayangnya, proyek tersebut belum bisa berjalan. Chevron masih harus merevisi proposal rencana pengembangan wilayah di proyek tersebut karena harga minyak sudah berubah sehingga asumsinya pun berbeda.
Namun, saat revisi proposal itu diserahkan, pemerintah dua kali menolaknya. Pertama, karena proposal tersebut tidak lengkap secara adminstrasi. Kedua, Chevron meminta insentif yang tidak ada dalam kontrak, yakni investment credit. (Baca: Kementerian Energi: Proposal IDD Chevron Tak Masuk Akal)
Setelah Chevron, giliran Pertamina yang menemui Arcandra. Dari pantauan Katadata, tampak hadir Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, Direktur Hulu Syamsu Alam dan Direktur Pengolahan Rachmad Hardadi. "Ini mau rapat koordinasi," kata Dwi.
Di sela-sela pertemuan itu, Menteri Arcandra tidak mau berkomentar mengenai pertemuan tersebut. "Nanti kita ketemu lagi, kita atur waktu kita diskusi lagi nanti," kata dia.