Total E&P Indonesia masih berdiskusi dengan PT Pertamina tentang masa transisi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Perusahaan asal Prancis ini membuka peluang kepada Pertamina untuk berinvestasi di Blok Mahakam pada kuartal II 2017.

Vice President Corporate Communication HR and Finance Total E&P Indonesia Arividya Noviyanto mengatakan kalau harga minyak masih sekitar US$ 50 per barel, Total hanya mengebor pada kuartal I. “Sisanya kalau Pertamina mau masuk. Jadi Pertamina investasi dan Total bisa jadi yang mengerjakannya,” kata Arividya saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Kamis, 28 Juli 2016. (Baca: Sudirman Minta Pertamina Paparkan Kesiapan Kelola Blok Mahakam).

Dari rencana Total, tahun depan hanya akan ada satu rig untuk mengebor Lapangan Tunu. Sementara tahun ini Total mengebor 36 sumur. Pertimbangannya adalah harga minyak dunia yang masih rendah. Tapi, jika harga minyak membaik, bukan tidak mungkin akan menambah rig.

Di sisi lain, Total dengan Pertamina juga terus membahas program yang akan dilakukan di masa transisi. Bahkan tahun ini Pertamina, kata Arividya, sudah melakukan studi untuk pengeboran di 2017 atau setelah itu. “Kami membantu Pertamina untuk membuat rencana pengembangan lapangan (PoD),” ujar dia.

Mengenai payung hukumnya, Total menyerahkan kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Jika Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 15 tahun 2015 tentang Pengelolaan Wilayah Kerja Minyak dan Gas bumi yang akan berakhir masa kontraknya belum lengkap, sebaiknya perlu ditinjau ulang.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto berharap di 2017, Pertamina bisa mulai berinvestasi di Blok Mahakam. Ini agar setelah kontrak berakhir dan pengelolaannya diambil Pertamina tidak terjadi penurunan produksi yang tajam. “Kalau diizinkan, kami akan masuk,” kata dia di Kementerian Energi. (Baca: Pertamina Siap Danai Pengeboran 100 Sumur di Blok Mahakam).

Pertamina juga menyiapkan dana untuk investasi di Blok Mahakam. Menurut Dwi, per tahunnya membutuhkan biaya sekitar US$ 2,5 miliar. Tapi, untuk tahun depan, kemungkinan hanya 50 sampai 60 persen dari angka itu. 

Pertamina juga masih menghitung mengenai sumber dana untuk membiayai Blok Mahakam. Tapi, menurut Dwi, 40 persen berasal dari kas pribadi persero dan sisanya dari eksternal. “Kalau cukup, kami akan pakai,” ujar dia.

Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas M.I. Zikrullah mengatakan untuk bisa memulai investasi di Blok Mahakam, masih ada satu dokumentasi yang harus dilengkapi pekan ini. Dokumentasi tersebut harus terkorelasi dengan para pihak. Apalagi secara hukum Pertamina baru akan aktif di Mahakam pada 2018.

Jadi kalau Pertamina mau ikut operasional harus ada kesepakatan dulu. Di mana ada syarat dan prasyaratnya. Syarat dan ketentuan itu sesuai kesepakatan Pertamina dan Total. (Baca: Payung Hukum Investasi Pertamina 2017 di Blok Mahakam Sudah Ada)

Selain itu, SKK Migas juga menyiapkan Pedoman Tata Kerja untuk mengatur masa transisi. Aturan ini ditargetkan keluar pekan depan. “Ini baru pertama kali begini. Tapi ini akan jadi preseden untuk yang berikutnya seperti Blok Sanga-Sanga dan South East Sumatera,” kata dia saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, kemarin.