Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi lifting atau produksi siap jual minyak pada semester pertama tahun ini sebesar 817 ribu barel per hari (bph). Angka ini masih di bawah target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 yang ditargetkan 820 ribu bph.
Kepala Humas SKK Migas Taslim Z.Yunus mengatakan sebenarnya lifting minyak semester pertama tahun ini masih lebih baik dari periode yang sama di tahun lalu. Pada semester pertama tahun lalu lifting minyak tercatat hanya mencapai 759 ribu bph.
Rendahnya realisasi lifting ini disebabkan adanya penurunan akibat penundaan lifting migas pada saat libur Idul Fitri awal Juli. "Kemarin banyak lifting tidak jalan karena kapal tidak jalan juga," kata dia dalam acara sarasehan media di Bandung, Selasa (19/7) malam. (Baca: SKK Migas: Kendala Teknis Jadi Faktor Penghambat Lifting Migas)
Selain ada libur Idul Fitri, rendahnya capaian lifting minyak juga disebabkan kondisi lapangan yang tua, sedangkan penambahan sumur produksi yang baru masih relatif sedikit. Akibatnya, cadangan minyak menurun dan berimbas pada penurunan produksi yang dinilai sudah mulai tinggi.
Dia menjelaskan ada empat kontraktor yang menjadi penopang lifting nasional. Salah satunya Chevron Pacific Indonesia di Blok Rokan, Riau. Lifting dari blok migas ini, hingga 30 Juni 2016 mencapai 256.400 bph.
Selain itu ada Mobil Cepu Ltd di Blok Cepu, Jawa Timur, yang menyumbang produksi minyak hingga 154.700 bph. Kemudian PT Pertamina EP sebesar 85.800 bph, dan Total E&P di Blok Mahakam sebanyak 63.600 bph. “Empat kontraktor ini kontribusinya sudah lebih dari 65 persen,” ujarnya.
Berbeda dengan minyak, capaian lifting gas lebih tinggi dari target APBN-P 2016. Hingga 30 Juni 2016 lifting gas mencapai 1,17 juta barel setara minyak per hari (bsmph), sedangkan targetnya sebesar 1,11 juta bsmph. Realisasi ini juga lebih tinggi semester I tahun lalu yang hanya 1,09 juta bsmph.
Taslim menyebutkan empat kontraktor besar yang menjadi penyumbang terbesar lifting gas adalah Total di Blok Mahakam yang mencapai 280,9 ribu bsmph, dan BP Tangguh di Blok Berau, Muturi, dan Wiriagar sebesar 167 ribu bsmph. Ada juga ConocoPhillips (Grissik) Ltd di Blok Corridor sebanyak 146,8 ribu bsmph dan PT Pertamina EP sebesar 139 ribu bsmph.
(Baca: Masa Transisi Alih Kelola Blok Mahakam Ancam Target Lifting)
Secara total, lifting minyak dan gas mencapai 1.996 MBOEPD. Angka ini lebih tinggi dari target APBN-P 2016 yang hanya 1.930 MBOEPD. Selain itu ini juga lebih besar dari rencana kerja anggaran dan perusahaan sebesar 1.940 MBOEPD.
Cost recovery atau pengembalian biaya operasi hingga 30 Juni 2016 mencapai US$ 5,5 milar. Masih di bawah target rencana kerja dan anggaran perusahaan sebesar US$12,71 miliar. Sementara bagi hasil yang didapat negara sepanjang paruh pertama tahun ini sebesar US$ 4,23 miliar, dari targetnya hingga akhir tahun US$ 7,07 miliar.
Sekadar informasi, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) sampai Juni rata-rata mencapai US$36,16 per barel. Masih di bawah target APBN-P 2016 yang ditetapkan sebesar US$40 per barel.
(Baca: Asosiasi Migas Usul Kerugian Negara Dihapus dari Aturan Cost Recovery)