Program revitalisasi melalui peningkatan kapasitas produksi (Refinery Development Master Plan/RDMP) Kilang Cilacap milik PT Pertamina (Persero) terus berjalan sesuai rencana. Setelah meneken kesepakatan induk atau Heads of Agreement (HoA) pada akhir tahun lalu, proyek tersebut masuk tahap desain rekayasa dasar atau Basic Engineering Design (BED). Dengan begitu, proyek penambahan kapasitas kilang tersebut dapat rampung tepat waktu yaitu tahun 2022.

Senin ini (23/5), Vice President of International Operations Saudi Aramco Said Al-Hadrami dan Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi menandatangani kontrak perekayasaan dan jasa manajemen proyek atau Engineering and Project Management Services di kantor pusat Pertamina, Jakarta. Untuk menggarap tahapan awal BED itu, kedua perusahaan menunjuk Amec Foster Wheeler Energy Limited. (Baca: Selain Tuban, Pertamina Tawarkan Rosneft Garap Kilang Lainnya)

Dalam sembilan bulan ke depan, Amec akan menyelesaikan proses tersebut. Dengan begitu, tahap desain rekayasa akhir atau Front End Engineering Design (FEED) dapat selesai pada 2018. Lalu, pada 2019 memulai fase konstruksi sehingga proyek penambahan kapasitas Kilang Cilacap itu dapat selesai akhir 2022.

Setelah proyek itu rampung, kapasitas Kilang Cilacap akan meningkat menjadi 370 ribu barel per hari. Selain itu, meningkatkan kapasitas produksi petrokimia, yaitu aromatics, hingga lebih dari 600 kilo ton per tahun (ktpa) dan polypropylene menjadi 160 ktpa.

Rachmad mengatakan, proyek pengembangan kilang tersebut membutuhkan dana US$ 4 miliar hingga US$ 5 miliar. Untuk itu,  perlu mitra strategis dengan kemampuan teknik dan finansial yang kuat. “Saudi Aramco merupakan mitra yang ideal,” kata dia. (Baca: Arab Saudi Komitmen Investasi Kilang Hingga Pembiayaan Infrastruktur)

Proyek ini juga merupakan merupakan langkah awal menuju kerjasama lebih lanjut Pertamina dengan perusahaan negara Arab Saudi itu. Nantinya akan ada kerjasama lain yang serupa, yakni pengembangan kilang Dumai di Sumatera dan kilang Balongan di Jawa Barat.

Vice President of International Operations Saudi Aramco Said Al-Hadrami mengatakan, kerjasama ini saling menguntungkan bagi kedua belah pihak dan masing-masing negara dalam beberapa dekade ke depan. Untuk itu, Saudi Aramco berharap ada investasi jangka panjang dengan Pertamina. “Kami yakin proyek ini dapat meningkatkan kemakmuran Indonesia melalui ketahanan energi yang lebih baik dan memperkuat rantai nilai energi global perusahaan kami,” ujar dia. (Baca: Adu Kuat Perusahaan Minyak Arab dan Rusia di Kilang Tuban)

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan penandatanganan tersebut memiliki makna bagi kedaulatan energi Indonesia. Apalagi, dalam 10 tahun ke depan, Indonesia membutuhkan peningkatan kapasitas kilang. “Ini adalah pertama kalinya RDMP yang berhasil maju kepada langkah berikutnya, yang semakin menuju pada konstruksi,” kata dia.  
  
Sudirman juga mendorong agar Pertamina terus menambah kapasitas kilang. Di samping itu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor migas ini juga dapat membangun kilang baru di Tuban, Bontang, dan Dumai. Jika itu terelasisasi dalam 10 tahun ke depan, kapasitas kilang akan meningkat dua kali lipat. (Baca: 2020, Impor Minyak Indonesia Bisa Mencapai Rp 2,5 Triliun)

Dengan peningkatan kapasitas dan kualitas kilang, menurut Sudirman, ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah akan berkurang. Selain itu, Indonesia akan memperoleh bahan bakar yang bersih. “Devisa pun akan dihemat karena impor berkurang,“ ujar dia.