Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, penurunan produksi minyak dan gas bumi dalam satu bulan terakhir. Padahal, dalam tiga bulan pertama tahun ini, produksi minyak terus meningkat.
Mengacu data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi minyak pada Januari 2016 sebesar 819.000 barel per hari (bph). Kemudian meningkat menjadi 840.000 bph pada Februari dan Maret bisa mencapai 847.000 bph. Tapi, periode 1 April sampai 5 April, produksi minyak hanya 841.000. Sehingga rata-rata produksi minyak sejak awal tahun hingga 5 April adalah 836.000 bph. (Baca: Insentif Lambat, SKK Migas Ingatkan Produksi Minyak Bisa Setop)
Produksi minyak kembali turun menjadi 831.700 bph per 14 Mei 2016. Kepala Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas Ngatijan mengatakan meski produksi menurun, capaian tersebut masih berada di atas target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) yang sudah ditetapkan sebesar 827.800 bph sampai akhir tahun 2016. “Jadi 100,5 persen lebih tinggi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (18/5).
Tidak hanya minyak, produksi gas juga menurun. Selama periode 1 Januari hingga 14 Mei 2016, rata-rata gas yang diproduksi hanya 8.011 juta kaki kubik (mmscfd). Padahal per 5 April, rata-rata tahunan produksi gas bisa menembus 8.214 mmscfd, meskipun RKAP hanya menargetkan 7.825 mmscfd.
Sementara produksi siap jual atau lifting gas, sampai 14 Mei 2016 adalah 6.684 mmscfd. Menurut Ngatijan, angka ini masih lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN) 2016 yang sebesar 6.470 mmscfd, atau target RKAP sebesar 6.256 mmscfd. (Baca: Kinerja Kontraktor Membaik, Lifting Minyak Telah Lewati Target)
Berbeda dengan lifting gas yang berhasil mencapai target, lifting minyak Indonesia masih di bawah target. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, lifting minyak ditetapkan 830.000 bph, sedangkan dalam RKAP ditentukan 827.800 bph.
Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Yunus mengatakan lifting minyak dan gas bumi memang selalu berfluktuasi. Tapi, rendahnya lifting minyak dibandingkan target terjadi karena ada beberapa penghentian kegiatan produksi untuk perawatan sumur.
Tapi, Taslim sangat yakin target lfiting minyak yang sudah ditentukan dalam RKAP tahun ini dapat tercapai. “Meski akan banyak penghentian kegiatan untuk perawatan, kami berharap sampai akhir tahun target itu bisa 827.000 barel,” kata dia di Gedung SKK Migas, Kamis (19/5). (Baca: SKK Migas Pesimistis Pengeboran 151 Sumur Eksplorasi Tercapai)
Menurut Taslim, untuk mencapai target tersebut masih sangat bergantung pada produksi Blok Cepu di Jawa Timur. Blok migas yang dikelola ExxonMobil ini menjadi andalan, karena banyak blok migas lain yang produksinya menurun. Sementara produksi Blok Cepu terus meningkat hingga melebihi target saat ini.