Total E&P Indonesie mulai mewaspadai potensi penurunan produksi minyak dan gas bumi (migas) di Blok Mahakam. Penyebabnya, blok yang ada di Kalimantan Timur tersebut sudah tergolong tua, dan pengurangan pengoperasian rig mulai bulan Mei mendatang.
Vice President Corporate Communication HR and Finance Total E&P Indonesie Arividya Noviyanto mengatakan, harga minyak yang rendah saat ini sebenarnya diharapkan bisa menurunkan biaya jasa migas. Dengan begitu, dapat mengurangi beban kontraktor. Ternyata penurunan harga minyak dunia tidak berpengaruh terhadap harga sewa rig. Meski harga minyak dunia turun hampir 50 persen sejak 2014, harga sewa rig masih sangat mahal.
Hal inilah yang menyebabkan Total memutuskan mengurangi penggunaan rig di Blok Mahakam. Saat ini, Total masih mengoperasikan tiga rig di blok tersebut. Namun, bulan depan, perusahaan migas asal Perancis ini akan mengurangi satu rig di Lapangan Handil. Lalu, pada Juni, satu rig lagi akan berkurang di Lapangan Tunu. “Kalau harga minyak tidak naik, kami setop gunakan rig,” kata dia saat berbincang dengan para wartawan di kantor Total, Jakarta, Senin (25/4). (Baca: Jelang Kontrak Habis, Blok Mahakam Tersisa Satu Rig)
Akibat pengurangan pengoperasian rig tersebut, Novi mengatakan, Total tidak mengebor sumur sebanyak tahun lalu yang bisa mencapai 107 sumur. Dari jumlah itu, 70 sumur berada di Lapangan Tunu. Tahun ini, Total hanya akan mengebor 37 sumur eksplorasi.
Meskipun ada pengurangan rig dan harga minyak dunia sedang turun, Total berusaha mempertahankan produksi Blok Mahakam . Salah satu upaya yang dilakukan adalah perawatan 8.500 sumur yang sudah ada di blok itu. Dengan upaya tersebut, beberapa lapangan di Blok Mahakam, seperti di Lapangan Tunu, dapat memproduksi 55O juta kaki kubik gas per hari. Tapi, jika tidak melakukan apapun, produksi bakal turun sekitar 270 mmscfd pada tahun depan.
Selain perawatan sumur, ada beberapa proyek yang diharapkan menopang produksi Blok Mahakam. Salah satunya adalah Proyek South Mahakam 3 di Anjungan Jempang. Proyek yang memiliki tujuh sumur pengembangan ini, mulai berproduksi pada 10 Juli tahun lalu. Ada juga Proyek Bekapai 2B yang mulai berproduksi 25 Juli 2015. (Baca: Juni, Tenggat Waktu Total Tentukan Sikap di Blok Mahakam)
Berbagai upaya itu terbukti berhasil mencatatkan produksi gas Blok Mahakam sebesar 1,75 bcfd serta minyak dan kondensat 65 ribu barel per hari selama kuartal I-2016. Produksi gas meningkat dibandingkan dengan rata-rata produksi tahun lalu. Namun, produksi minyak dan kondensat menurun dibandingkan 2015, yang mencapai masing-masing 1,68 bcfd dan 68 ribu barel kondensat per hari.
Meski saat ini produksi gas masih meningkat, Novie khawatir produksinya akan terus menurun seiring cadangan di Blok Mahakam yang kian menipis. Sebab, blok tersebut sudah beroperasi sejak 50 tahun lalu. “Lambat laun produksi turun, apalagi rig mau di-setop operasi karena tidak ekonomis dengan harga minyak rendah,” ujar dia. (Baca: Total Minta Kelonggaran Waktu Putuskan Blok Mahakam)
Untuk menghadapi harga minyak dunia yang masih rendah, Total juga melakukan efisiensi. Pada kuartal I-2016, Total telah menggelontorkan biaya modal (capital expenditure) sebesar US$ 300 juta dari total anggaran US$ 1 miliar tahun ini. Biaya modal tersebut merosot dari tahun 2015 yangf sebesar US$ 1,9 miliar.