KATADATA - Anjloknya harga minyak dunia tidak membuat pendapatan PT Sugih Energy Tbk turun. Sebaliknya, kontraktor migas ini berhasil meningkatkan pendapatannya hingga 800 kali pada 2015 dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Utama Sugih Energy Riyanto Soewarno mengatakan sepanjang tahun lalu perseroan membukukan pendapatan hingga US$ 4 miliar atau sekitar Rp 48 triliun. Meningkat sangat tinggi dibandingkan pendapatan 2014 yang hanya US$ 5 juta atau sekitar Rp 70 miliar.
“Sepanjang tahun 2015 kinerja pendapatan perseroan telah mengalami peningkatan secara signifikan, walaupun di tengah tantangan dari kondisi pasar keuangan dan minyak bumi,” kata dia usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Sugih di Jakarta, Kamis (21/1).
Selain dari sisi pendapatan, tahun lalu Sugih Energy juga berhasil melalukan dua transaksi penting. Pertama, penjualan 15 persen saham partisipasi di Blok Lemang kepada Kohlberg Kravis Robert & Co (KKR). Nilainya hampir mencapai US$ 77 juta atau sekitar Rp 1,07 triliun. (Baca : Dapen Pertamina Masuk, Sugih Energy Memacu Produksi Blok Lemang)
Transaksi kedua adalah masuknya Dana Pensiun Pertamina dengan membeli 8,1 persen saham Sugih Energy dan menjadi salah satu pemegang saham terbesar. “Dua transaksi ini telah membuktikan ke-atraktifan aset dan rencana bisnis kami untuk membuka potensi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan energi Indonesia yang sedang tumbuh,” ujarnya.
Riyanto optimistis tahun ini kinerja perseroan masih membaik meski tren harga minyak masih terus berlanjut. Dalam waktu dekat Sugih Energy akan menandatangani jual beli gas dengan badan operasi bersama PT Bumi Siak Pusako dan PT Pertamina Hulu Energi. Gas yang akan dipasok mencapai 8,5 juta kaki kubik (mmscfd). Namun Riyanto belum mau menyebut berapa harganya karena masih dalam tahap negosiasi.
Adanya perjanjian jual beli gas tersebut diharapkan dapat memaksimalkan produksi gas dari Blok Selat Panjang yang mencapai 24 mmscfd. Tapi sampai saat ini baru 13,5 mmscfd gas dari Selat Panjang yang memiliki komitmen pembeli. Sebelumnya perusahaan ini memiliki perjanjian jual beli gas dengan PLN sebesar 5 mmscfd. Harga gasnya mencapai US$ 5,75 mmbtu dengan eskalasi 3 persen selama 5 tahun. (Baca : Tak Terserap, 18 Kargo Gas Akan Dijual di Pasar Spot)
Selain Blok Selat Panjang, Sugih juga memiliki aset lain yakni Blok Lemang. Namun Sugih Energy hanya memiliki saham 34 persen melalui Eastwin Global Investment. Sementara sisanya dimiliki oleh Ramba Energi Ltd melalui PT Hexindo Gemilang Jaya sebesar 31 persen dan Kohlberg Kravis Robert & Co (KKR) sebesar 35 persen.
Tahun ini blok tersebut ditargetkan dapat berproduksi 5.000 barel per hari. Perusahaan sudah menginvestasikan dana sekitar US$ 10 juta atau Rp 140 miliar untuk pengeboran dua sumur. Pengeboran tersebut rencananya akan dilakukan pada semester II 2016. Blok ini juga memiliki cadangan migas sekitar 320 barel setara minyak. Masa kontrak Blok ini pun masih panjang hingga 2037.
Aset Blok Migas lain yang dimiliki Sugih adalah Blok Kalyani di Jambi yang masih berstatus eksplorasi. Awalnya kontrak bagi hasil ini diserahkan kepada Eurorich pada Desember 2011 dengan masa kontrak sampai 2041. Setahun kemudian, Sugih berhasil mengakuisisi 51 persen saham Eurorich.
Tahun ini ada dua kegiatan eksplorasi yang akan dilakukan perseroan. Pertama menyelesaikan studi G&> dan desain seismik 2D area 100 kilometer (km). Kedua menyelesaikan proses seismik 2D dan memfinalisasikan lokasi sumur eksplorasi.
Sekadar informasi, Riyanto Soewarno dianggkat menjadi Direktur Utama Sugih Energy dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini. Dia mengawali karir di bidang perminyakan dengan bergabung pada PT Pertamina (Persero) pada tahun 1989 dan telah menjabat beberapa posisi penting di Pertamina. (Baca : Anjloknya Harga Minyak Mengancam Target Lifting)
Sebelum menunjuk Riyanto, mantan Direktur Pertamina Muhammad Husein adalah nama yang disodorkan untuk menempati posisi tersebut. Muhammad Husein diajukan Dana Pensiun PT Pertamina (Persero) pada November 2015.