KATADATA - Sepanjang 2015, Chevron menjadi kontraktor migas yang paling banyak tidak merealisasikan pengeboran sumur pengembangan minyak dan gas (migas). Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat dari 80 sumur pengembangan yang tidak dapat terealisasi, lebih dari setengah merupakan milik Chevron.
Rinciannya adalah PT Chevron Pacific Indonesia sebesar 45 sumur dan Chevron Indonesia Company sebanyak 4 sumur. Kepala Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan salah satu alasan banyaknya sumur Chevron yang tidak terealisasi adalah merosotnya harga minyak dunia.
“Sehingga sumur tersebut tidak ekonomis,” kata dia kepada Katadata, awal pekan ini. (Baca : Chevron Dikabarkan Batalkan Proyek Laut Dalam (IDD))
Setelah 3,5 tahun harga minyak bertengger pada level US$ 100 per barel, pada 2014 harga minyak terus merosot sampai ke bawah US$ 40 per barel. Sampai dengan Rabu (23/12) harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) di pasar spot menyentuh level US$ 36,41 per barel, sementara untuk jenis Brent sebesar US$ 36,45 per barel.
Namun tidak hanya sumur pengembangan milik Chevron saja yang tidak terealisasi. 11 sumur pengembangan milik PT Pertamina (Persero) TAC/KSO pun tidak dapat terealisasi tahun ini. Sementara Petrochina Jabung Ltd dan Petroselat Ltd masing-masing dua sumur.
Dua sumur EMP Bentu Ltd pun tidak bisa teralisasi. Sisanya yakni JOB Pertamina – PetroChina East Jawa, Pertamina Hulu Energi (PHE) Siak, Mont’dor (Tungkal) Ltd, Tiara Bumi Petroleum, Saka Energi, ENI, Total E&P Indonesia, JOB Pertamina – Medco E&P Tomori, ConocoPhillip (Grissik), Mobil Cepu Ltd, PT. Sumatera Persada Energi dan VICO Indonesia masing-masing 1 sumur. (Baca : Kegiatan Pengembangan 127 Sumur Migas Berhenti)
Selain pengeboran sumur pengembangan, rencana pengeboran sumur eksplorasi juga masih jauh dari target. Dalam revisi rencana kerja dan anggaran perusahaan 2015, target pengeboran sebanyak 157 sumur hanya terealisasi 53 sumur sampai dengan 11 Desember 2015.
Rendahnya harga memang membuat kontraktor migas mengurangi investasinya. Secara global, sejak periode 2014 sampai 2015 terjadi penurunan investasi untuk eksplorasi dan produksi sebesar 20,3 persen.
Di Indonesia, investasi hulu migas tahun depan juga akan berkurang 15 persen dari tahun ini. Untuk 2016, investasi hulu migas hanya US$ 17,21 miliar atau sekitar Rp 240,9 triliun. Dari dana tersebut US$ 15,95 miliar untuk blok yang sudah berproduksi dan US$ 1,26 untuk blok eksplorasi. (Baca : Total Kurangi Investasinya di Indonesia Tahun Depan)
Meski begitu, tahun depan akan ada sembilan proyek yang mulai produksi. Proyek tersebut yakni proyek Donggi, proyek lapangan banyu urip, North Duri Development Area 13, Pengembangan Lapangan Pondok, Makmur, Bukit Tua, IDD Bangka, Karendan, Wasambo, Matindok.