KATADATA - PT Pertamina (Persero) meningkatkan investasinya hingga 20,7 persen tahun depan menjadi US$ 5,13 miliar atau sekitar Rp 71 triliun. Peningkatan investasi dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Pertamina 2016, telah disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) hari ini, Senin (21/12).
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan dana sebesar itu akan dialokasikan sebesar 72 persen untuk bisnis hulu migas. Sisanya 6,9 persen untuk bisnis gas, 6,7 persen untuk pengolahan, 9,7 persen untuk kegiatan pemasaran dan niaga, dan 4,7 persen digunakan untuk bisnis hilir dan anak perusahaan lainnya.
“Harus diakui bahwa tahun depan, tekanan di bisnis migas sebagai penopang utama masih akan terus berlanjut dengan harga minyak mentah yang diprediksi masih relatif lemah, dan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar," ujar Dwi dalam keterangannya tertulis usai RUPS Pertamina hari ini. (Baca : Investasi Pertamina Tahun Depan Tak Terganggu Harga Minyak)
Anjloknya harga minyak membuat Pertamina hanya mampu menargetkan perolehan pendapatan tahun depan sama dengan tahun ini, yakni sebesar US$ 42,26 miliar. Sekitar 30 persen target pendapatan tersebut akan disumbang dari bisnis hulu.
Untuk mengejar target pendapatan di tengah harga minyak yang rendah, Pertamina harus menggenjot produksinya. Pertamina menargetkan produksi migas tahun depan meningkat 10 persen. produksi minyak ditargetkan menjadi 327.000 barel per hari dan gasnya 1.926 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Peningkatan produksi juga ditargetkan naik 8 persen untuk bisnis panas bumi menjadi 3,2 gigawatt (GW).
Di bisnis hilir target pendapatan akan didukung oleh peningkatan yield valuable product yang bersumber dari unit kilang baru, RFCC Cilacap dan TPPI, serta peningkatan penjualan pada BBM retail non subsidi, termasuk Pertalite yang mulai diluncurkan pada 24 Juli 2015. Ekspektasi positif juga dapat diperoleh dari bisnis aviasi dan pelumas seiring dengan kuatnya posisi di pasar domestik, serta ekspansi pasar Internasional. (Baca : Ekspansi Usaha, Pertamina Sasar Selat Malaka dan Myanmar)
Sementara bisnis gas perusahaan juga diperkirakan tumbuh signifikan seiring dengan kebijakan sinergi antar Anak Perusahaan Pertamina untuk memaksimalkan nilai tambah bisnis gas dari hulu, transportasi hingga kegiatan niaganya. Tahun depan, dia mengatakan ada beberapa proyek infrastruktur gas Pertamina yang tuntas dan mulai beroperasi pada tahun depan, seperti Pipa Semarang–Gresik, Porong–Grati, Belawan–KIM–KEK.
Dari sisi laba, Pertamina masih optimistis membukukan margin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sekitar 12,8 persen, lebih tinggi target pencapaian tahun ini sekitar 11 persen. Adapun, laba bersih perusahaan pada 2016 ditargetkan bisa mencapai US$ 1,61 miliar. Sementara aset konsolidasian dipatok sebesar US$50,83 miliar. (Baca : Terendah Sejak 2009, Harga Minyak Tahun Depan Bisa US$ 20)