KATADATA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli tidak yakin pengadaan minyak di Integrated Supply Chain (ISC) lebih baik dari Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Alasannya orang-orang yang berada di ISC tidak berbeda dengan yang ada di Petral.
"Saya tidak begitu yakin ada perubahan. Orang-orangnya masih sama saja," kata dia di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (19/11). Namun, dia tidak menyebutkan siapa saja orang-orang yang dimaksud ada di Petral dan ISC.
Dia menganggap apa yang telah dilakukan Petral selama ini adalah merugikan negara. Anggapan ini berdasarkan analisanya beberapa tahun lalu yang mengatakan ada mafia migas yang bermain di Petral. "Pasti merugikan negara. Tidak pakai audit saja (sudah terlihat) merugikan negara," ujarnya.
Rizal juga sempat mengusulkan hasil audit forensik yang dilakukan auditor asal Australia Kordamentha untuk dibawa ke proses hukum. Agar jelas siapa yang harus bertanggung jawab terhadap anggapan bahwa kegiatan yang dilakukan Petral merugikan negara. (Baca: Audit Petral Tak Temukan Bukti Korupsi dan Keterlibatan Mafia Migas)
Berbeda dengan anggapan Rizal, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menyatakan beralihnya tugas dan fungsi Petral ke ISC menghasilkan efisiensi yang cukup besar. Hingga kuartal III tahun ini tercatat ada efisiensi sebesar US$ 103 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun dari pengadaan minyak dan bahan bakar minyak (BBM).
“Untuk perkuatan ISC kami bersyukur telah terus menunjukkan tren positif, di mana dapat dilihat dari peserta tender yang semakin variatif, harga lebih kompetitif, bargaining position yang semakin tinggi,” ujar Dwi.
Pertamina secara resmi akan melikuidasi Petral dan semua anak usahanya setelah menindaklanjuti hasil audit forensik terhadap perusahaan tersebut. Likuidasi Petral dan Zambesi Investment Ltd, diperkirakan akan tuntas pada akhir Januari 2016, sedangkan Pertamina Energy Services Pte (PES) akan tuntas pada akhir Maret 2016.
Selanjutnya, ujar Dwi, Pertamina berkomitmen untuk terus melakukan perkuatan fungsi ISC. Tahapan penting yang sudah dilakukan untuk perkuatan tersebut adalah menaikkan kembali level jabatan untuk pimpinan ISC dari Vice President menjadi Senior Vice President. (Baca: Reorganisasi ISC Bisa “Hidupkan” Lagi Petral)
Sekadar informasi, Pertamina membubarkan atas permintaan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham Pertamina dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan mengacu kepada hasil rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas.
Tugas dan fungsi Petral dalam kegiatan ekspor dan impor minyak dan BBM kemudian dialihkan kepada ISC sejak Januari 2015. Bersamaan dengan itu, Daniel Purba, yang merupakan salah seorang anggota Tim Reformasi, ditunjuk sebagai Vice President ISC menggantikan Tafkir Husni.