KATADATA ? Indonesia akhirnya diterima kembali menjadi anggota negara-negara pengekspor minyak atau Organization of The Petroleum Exporting Countries (OPEC). Padahal, tujun tahun silam, Indonesia telah memutuskan keluar dari organisasi tersebut karena sudah menjadi negara importir minyak.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Teguh Pamudji mengungkapkan, pihaknya telah menerima surat pemberitahuan dari Sekretariat Jenderal OPEC pada pekan lalu. "Indonesia diterima menjadi anggota OPEC, bukan observer," katanya kepada Katadata, Senin (7/9). Namun, Indonesia baru akan efektif menjaqdi anggota OPEC pada bulan November nanti.
Indonesia akan menjadi anggota OPEC ke-13 dan satu-satunya negara anggota OPEC asal Asia selain negara-negara di kawasan Timur Tengah. Tujuh tahun silam, Indonesia di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan keluar dari OPEC karena mengalami defisit produksi minyak. Saat ini, konsumsi minyak negara ini sekitar 1,5 juta barel per hari sedangkan produksi cuma 800 ribu barel per hari.
Sejak medio tahun ini, pemerintah Indonesia menjajaki kemungkinan masuk OPEC kembali. Bahkan, pada 3-6Juni lalu, Menteri ESDM Sudirman Said menghadiri konferensi OPEC di Wina, Austria. Menurut Sudirman, jika Indonesia berada dalam komunitas OPEC maka Indonesia memiliki akses pada informasi migas secara rutin.
Selain itu Indonesia juga dapat menjalin hubungan pertemanan dengan para produsen minyak. Ini tentu merupakan strategi pemerintah agar lebih mudah mendapatkan pasokan minyak dari negara-negara anggota OPEC.
Namun, Pri Agung Rakhmanto, pengamat energi dari Universitas Trisakti, menyatakan, masuknya Indonesia ke dalam OPEC bukanlah jaminan akan lebih mudah mendapatkan minyak. Semua itu tergantung dengan diplomasi ke masing-masing negara. "Hanya aksesnya lebih terbuka secara relatif," ujar dia.
Selain itu, pemerintah juga harus bisa mengajak beberapa negara anggota OPEC untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan begitu, keanggotaan di OPEC benar-benar bermanfaat bagi Indonesia.
Di sisi lain, kepentingan negara-negara OPEC dan Indonesia saat ini sudah berbeda-beda. Negara-negara OPEC tengah mengerem produksinya yang menyebabkan harga minyak dunia jatuh ke kisaran US$ 40 per barel. Sementara Indonesia masih membutuhkan peningkatan produksi minyak lantaran sampai saat ini menjadi negara importir minyak.