Pemerintah Usulkan Anggaran PNPM dalam RAPBN 2015

Dok Wapres
Sumber: Istana Wakil Presiden
Penulis:
Editor: Arsip
13/6/2014, 16.40 WIB

KATADATA ? Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri tetap diusulkan dalam RAPBN 2015 kendati pemerintah sekarang tinggal 4,5 bulan lagi. Usulan RAPBN 2015 masih menjadi kewenangan pemerintah saat ini.

"Semoga teman-teman di DPR nanti menyetujui program yang telah terbukti berjalan baik selama 15 tahun lebih ini," ujar Boediono ketika menerima tokoh pemberdayaan masyarakat daerah dan Tim Katadata di istana Wapres seperti yang dikutip wapresri.go.id

Wakil Presiden Boediono menyatakan bangga atas keberhasilan program yang embrionya dimulai sejak program tersebut bernama Program Pengembangan Kecamatan (PPK) saat ia menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas tahun 1998/1999. Proyek pertama diluncurkan tepatnya di Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Menurutnya, keberhasilan PNPM adalah akibat desain programnya yang mengusung nilai check and balances. "Tentu ada kekurangan di sana-sini tapi semoga bisa diperbaiki terus. Tapi kuncinya adalah di sistem pendampingannya. Kalau lepas, bisa berhenti di tengah jalan," katanya. 

Menurut Deputi Menko Kesra bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Sujana Royat, program PNPM menuai banyak pujian sebagai program pembangunan wilayah yang berhasil di negara berkembang. Kini banyak studi dilakukan atas PNPM, salah satunya oleh Australia dan banyak pula negara-negara berkembang yang mengikuti desain program PNPM untuk memajukan daerah tertinggalnya. 

Kedua tokoh penggerak PNPM yang hadir yaitu Asnaini dari Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sugito dari Kota Yogya, Provinsi D.I. Yogyakarta. Keduanya berharap agar program tersebut bisa berlanjut.

Asnaini yang kini menjadi kepala desa aktif memberdayakan masyarakat sekitarnya khususnya kaum perempuan. Keberadaan PNPM menjadi alat memacu semangat perubahan. Di daerahnya, dana PNPM disalurkan untuk menjadi modal Kelompok Simpan Pinjam Perempuan dengan modal awal Rp 20 juta, namun berkembang bervariasi hingga Rp 50 juta dan terus bertambah. "Semangat dulu untuk berbuat. Nanti modal mengikuti. Dengan ibu-ibu berdaya, uang itu lebih dapat dipertanggungjawabkan," katanya. 

Sementara menurut Sugito, dana PNPM di wilayahnya di Karang Baru, Kota Yogya digunakan untuk memperbaiki pemukiman kumuh di bantaran sungai. Meski dana PNPM terbatas, namun kehadirannya kemudian menjadi pemancing bagi perbaikan secara keseluruhan yang kemudian didukung oleh dana masyarakat. 

Dalam pertemuan tersebut, Boediono juga menerima buku Berdaya di Kaki Langit Indonesia yang ditulis Tim Katadata. Buku tersebut bercerita mengenai kisah pemberdayaan PNPM di berbagai daerah.

Reporter: Nur Farida Ahniar